Tanggapi Usulan DPRA, KPI Aceh Usahakan Kepastian Pemutaran Film Cut Nyak Dhien
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Aceh, Putri Nofriza. [Foto: Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Anggota DPR Aceh Komisi I, Bardan Sahidi meminta semua lembaga penyiaran di Aceh untuk memutar kembali film Tjoet Nja' Dhien (Cut Nyak Dhien) pasca migrasi televisi analog ke digital.
Permintaan ini disampaikannya sebagai bentuk penanda akan kesiapan televisi digital di Aceh.
Menyahuti hal tersebut, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh, Putri Nofriza mengatakan, permintaan tersebut sudah ditampung, dan pihaknya juga akan segera meneruskan permintaan tersebut ke KPI pusat.
"Posisinya saat ini kita masih menampung saran. Ke depan kita akan duduk lagi, kita akan plenokan dan kita pastikan dulu bagaimana implementasinya nanti, apakah akan diputar atau bagaimana mekanismenya," ujar Ketua KPI Aceh Putri Nofriza saat dihubungi reporter Dialeksis.com, Jumat (2/7/2021).
Putri melanjutkan, untuk pemutaran film Tjoet Nja' Dhien sendiri dibutuhkan file video yang berkualitas HD (High Definition) untuk menyiarkan gambar bergerak (film) yang jernih dalam rangka penanda kesiapan televisi digital di tanah rencong.
Apalagi, lanjutnya, film yang disutradrai oleh Eros Djarot itu sudah berusia sangat tua.
Akan tetapi, hingga saat ini Putri belum bisa memastikan apakah penayangan film Tjoet Nja' Dhien ini bisa benar-benar diputar atau tidak. Lantaran saat ini pihaknya belum menerima jawaban pasti.
Namun, karena ini usulan yang sangat baik dan bernuansa positif, Putri mengaku KPI Aceh juga akan meresponsnya dengan positif. Pihaknya akan terus menjajaki kepastian berkenaan dengan pemutaran film Tjoet Nja' Dhien di Aceh pasca migrasi televisi analog ke digital sebelum tanggal 17 Agustus 2021 mendatang.
"Kita akan jajaki kepastiannya, dan sebelum 17 Agustus nanti, kita akan melaporkan hasilnya," kata Putri.
Pada kesempatan yang sama, Putri Nofriza juga berharap pasca migrasi televisi analog ke digital, para konten kreator di Aceh juga bisa memanfaatkan peluang tersebut untuk berkarya dan berkarir di stasiun televisi.
Dengan memanfaatkan platform digital, lanjutnya, para seniman Aceh dan anak-anak muda, terutama yang cinta bidang sinematografi harus bisa melihat era digital sebagai peluang pengembangan diri, kualitas serta kompetensi diri yang mampu bersaing dengan kreator atau sutradara luar daerah.
"Era digitalisasi ini membuka peluang yang sangat besar untuk penambahan income kepada mereka yang bisa melihat 'peluang' secara positif. Tahun 2022 nanti, saya yakin akan bermunculan konten-konten kreator asal Aceh yang akan mempunyai televisi-televisi mereka sendiri," pungkasnya. [AKH]