Terdampak Corona, Pengusaha Kecil Minta Penundaan Cicilan Kredit
Font: Ukuran: - +
Reporter : Im Dalisah
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Hebatnya teror virus Covid-19 yang saat ini sedang menginvasi puluhan negara tidak hanya memukul psikologis masyarakat sehingga dicekam oleh rasa takut, namun juga berdampak nyata pada sektor ekonomi.
Sejumlah pengusaha kecil yang mengandalkan usaha hariannya sebagai sumber pendapatan mengeluhkan lemahnya daya beli masyarakat, sehingga berpotensi tertunggaknya kredit yang sedang dijalani.
Salah seorang penjual mie Aceh di kawasan Ulee Kareng misalnya, Sabri, mengaku memiliki kredit di salah satu bank konvensional untuk menjalankan usaha yang dimilikinya saat ini. Selama ini, dia harus menyiapkan kurang lebih dana Rp 4 juta per bulan untuk mencicil pinjamannnya.
"Sulit, sulit sekali dalam keadaan seperti ini. Disatu sisi, apa yang menjadi himbauan pemerintah agar kita berdiam diri benar adanya. Saya tidak membantah itu. Namun di sisi lain, bagaimana dengan cicilan yang harus saya kembalikan. Setiap bulannya saya harus menyiapkan kurang lebih Rp 4 juta untuk tutup kredit," ucap Sabri kepada Dialeksis.com disela-sela waktu senggangnya menunggu pembeli, Selasa, (24/3/2020).
Lebih lanjut pria yang telah memiliki 2 anak ini mengatakan situasi yang dialami saat ini berbeda jauh jika dibandingkan saat virus Covid-19 ini mewabah.
"Penurunannya drastis sekali. Sebelum corona ini, saya bisa menghabiskan 15 kg mie sehari. Sekarang, sampai detik ini pun belum ada sepiring pun yang laku," ucap Sabri, yang juga akrab disapa 'Ayah Sabri' ini oleh pelanggannya.
Dia berharap pihak perbankan memberi dispensi kepada pengusaha kecil seperti dirinya agar dapat menunda cicilan untuk beberapa waktu ke depan.
"Dalam keadaan seperti ini berat sekali untuk mengumpulkan uang. Harapan saya, bank punya kebijakan agar saya dapat menunda cicilan sampai keadaan normal kembali," harap Ayah Sabri dengan pandangan nanar.
Keluhan berbungkus harapan juga disampaikan oleh Safwan, penjual nasi soto di Ulee Kareng. Dia menjelaskan ramai tidaknya pembeli tergantung dari buka atau tutupnya warung kopi yang menjadi lapak jualannya saat ini.
"Ini barusan saja Satpol PP datang menghimbau agar warung ditutup. Ya mau bagaimana, keadaan sudah seperti ini. Konsekwensinya, orang yang makan juga sudah pasti sepi," terang Safwan kepada media ini.
Seperti halnya Sabri, Safwan juga memiliki kewajiban cicilan atas pinjamannya kepada pihak bank. Setiap bulannya, Safwan harus mengumpulkan Rp 1,7 juta untuk dikembalikan ke pihak debitur.
"Brat, brat tat untuk siat nyoe. Nyoe manteng meu si aree hana lagot lom. Biasa jih jeum lagee nyoe ka saboh sak 15 kilo (berat sekali untuk sekarang. Ini saja 1 bambu nasi pun belum laku. Biasanya jam segini sudah satu sak beras ukuran 15 kg yang laku-red)," keluh Safwan.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Aceh Arifin saat dikonfirmasi mengaku hingga saat ini pihaknya belum menerima himbauan dari BI pusat terkait dengan penundaan cicilan bagi kreditur.
"Kalau ini saya tidak boleh jawab. Kebijakannya tersentralisasi di pusat, gak boleh dari saya. Begitu nanti saya dapat informasi mengenai ini, akan saya sampaikan," ucap Arifin kepada Dialeksis.com, Selasa, (24/3/2020).
Namun secara ekplisit Arifin menjelaskan persetujuannya jika ada kebijakan yang memberikan dispensasi bagi kreditur untuk menunda cicilannya.
"Secara pribadi saya setuju, namun saya harus mewakili institusi. Tapi bagus pertanyaan ini. Saya dukung lah," jelasnya.
Seperti yang telah diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memberikan relaksasi kepada pelaku usaha mikro dan kecil berupa penundaan pembayaran cicilan selama satu tahun ke depan. Tidak cuma itu, Jokowi juga menurunkan bunga kredit bagi usaha mikro di tengah tekanan usaha akibat pandemi virus corona.
"Ada keluhan dari usaha mikro, kecil. Saya sudah bicarakan dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) akan beri relaksasi kredit di bawah Rp10 miliar, diberikan penundaan cicilan sampai satu tahun dan penurunan bunga," ujarnya, Selasa (24/3), seperti yang dilansir oleh CNNIndonesia. (Im)