Tiga Aktifis Perempuan Aceh Lolos Seleksi Pemimpin Lingkungan Wanita Indonesia
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setelah melalui proses seleksi yang panjang, 3 aktifis perempuan LSM di Aceh terpilih untuk mengikuti ajang Pemimpin Lingkungan Wanita Indonesia di Bali tanggal 21-27 Juli 2019. Kegiatan itu dilaksanakan oleh Women's Earth Alliance (WEA), sebuah LSM internasional berbasis di Amerika Serikat.
Perwakilan WEA di Indonesia, Saniy Amalia Priscilia mengatakan Hingga September 2019, semua partisipan terpilih akan mengikuti pelatihan online dengan para ahli di desain teori perubahan, komunikasi, penggalangan dana, analisis dampak, teknologi, advokasi, perencanaan kebijakan, dan lain lain.
"Mereka juga akan berkumpul selama satu minggu (21-27 Juli 2019) di Bali untuk menghadiri program pembelajaran untuk saling bertukar ilmu dan pengalaman," kata Saniy saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis, (11/7/2019).
Selama di Bali, lanjutnya, peserta akan mengikuti serangkaian kegiatan yang akan membantu mereka untuk mengembangkan projek setelah program selesai.
"Dihari kami mengundang media, peserta akan mengikuti sesi untuk membangun branding mereka," ujarnya.
Sementara itu, salah satu partisipan yang dinyatakan lolos untuk mengikuti kegiatan itu, Raihal Fajri mengungkapkan, selain dirinya ada dua wanita Aceh lainnya yang juga diundang pada kegiatan serupa.
"Dua orang dari Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Hidup Aceh (HAkA), yakni Farwiza, serta Rubama, dan saya sendiri," ungkap Raihal kepada Dialeksis.com melalui sambungan selular, Kamis, (11/7/2019)
Ia menambahkan selama di Bali dirinya akan menyampaikan tentang perempuan Aceh dalam menjaga lingkungan sesuai dengan adat istiadat dan pendekatan pemahaman agama.
"Dengan pemahaman agama dan adat yang dimiliki perempuan Aceh dalam menjaga lingkungan menjadi pengetahuan bagi dunia untuk bergandengan tangan dalam jaringan dunia untuk mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan selama di Aceh," tutur Direktur Kata Hati Institute ini.
Ia berharap ajang yang akan diikuti ini dapat menjadi forum bagi antar perempuan untuk saling berbagi tentang isu-isu lingkungan.
"Berbagi pengetahuan sesama perempuan untuk penyelamatan lingkungan demi generasi selanjutnya," ujar Raihal. (imd)