Tingginya Pengguna Medsos di Aceh, Ketua Gekrafs Aceh Sarankan Ini
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II/2020 disebutkan mencapai angka 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi penduduk negeri ini. Jumlah ini bertambah sekitar 25,5 juta pengguna dibandingkan tahun 2019.
Kenaikan user ini didorong oleh kehadiran infrastruktur internet cepat yang makin merata, serta transformasi digital yang sangat masif terjadi saat pandemi Covid-10 sejak Maret 2020 lalu.
Tercatat juga bahwa YouTube, Facebook dan Instagram adalah aplikasi jejaring sosial yang paling banyak digunakan oleh warganet Indonesia, sementara messenger WhatsApp digunakan sebesar 83% dari total warganet Indonesia.
"Nah, yang menjadi pertanyaan, berapa banyak pengguna aktif Internet terutama media sosial (Medsos) Facebook di Aceh? Data yang hampir shahih yang kami dapatkan, pengguna piranti ini berkisar antara 1,8 hingga 2,3 juta pengguna dari jumlah populasi masyarakat kita ini. Wow, angka fantastis bukan," ungkap Ketua Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) Aceh, Mahfudz Y Loethan kepada Dialeksis.com, Rabu (3/2/2021).
Tugas ke depan, lanjutnya, bagaimana menjadikan internet tidak hanya sekedar bermain medsos dan menguber hal lain, tapi juga mampu menciptanya banyak manfaat, terutama menebar ilmu dakwah agama.
"Mari kita menjadi penduduk dunia maya (netizen) yang cakap, yaitu mampu memanfaatkan internet secara cerdas, kreatif dan produktif," ujar Mahfudz.
Paling sederhana, lanjutnya, dahulu mungkin seorang penjual memiliki akses yang terbatas untuk bisa memperkenalkan produknya kepada khalayak luas. Tetapi berkat adanya internet, seorang pebisnis bisa memperkenalkan produk atau jasa yang dijual dengan begitu mudah dan cepat.
"Cukup dengan bermodalkan ponsel android untuk melakukan promosi dan marketing membuat segalanya menjadi lebih mudah," ungkap Mahfudz.
Ketua Gekrafs Aceh itu kemudian menyampaikan, makanya di era sekarang, kita lihat begitu banyak perusahaan yang muncul, konsen pada social media handling. Ini bisnis baru media sosial di ruang era Revolusi industri 4.0, yang mengurusi media sosial baik itu Facebook atau Instgram pihak lain.
"Mereka memproduksi konten, dari membuat desain baik visual atau video, membuat copy writting, membuat riset tentang tagar yang yang cocok, sampai merespon dan membalas komentar user pada media sosial yang mereka handling," ujar Mahfudz.
"Kepada pelaku sosial media marketing saran kami untuk menjadikan content adalah raja dan distribusi adalah ratunya," pungkasnya.