Tragedi Perahu Terbalik di Sungai Alas, Pemerintah Aceh Didesak Segera Bangun Jembatan Penyeberangan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Evakuasi penumpang yang ditemukan. Foto: dok warga
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Minggu, 22 Desember 2024, sekitar pukul 13:30 WIB, sebuah perahu bermesin (Robin) yang mengangkut puluhan penumpang terbalik di Sungai Alas, tepatnya di Desa Bun Bun Indah, Kecamatan Leuser, Aceh Tenggara. Perahu tersebut sedang dalam perjalanan menuju Muara Situlen.
Tragedi ini mengakibatkan jatuhnya korban, dengan 3 orang meninggal dunia, 8 orang masih dalam pencarian, dan 19 orang selamat. Selain itu, musibah ini juga menyebabkan kerugian materi, yakni hilangnya 2 unit sepeda motor dan barang-barang sembako yang merupakan hasil belanjaan untuk kebutuhan warga Bun Bun Alas.
Pengamat kebijakan publik, Nasrul Zaman, menyatakan bahwa insiden ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Meskipun sebelumnya sudah beberapa kali terjadi kecelakaan serupa, namun kali ini kejadian tersebut menelan korban jiwa.
"Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian pemerintah Aceh terhadap kebutuhan infrastruktur bagi masyarakat disana, terutama dalam membangun jembatan penyeberangan yang menghubungkan kawasan Kane Mende dengan Bukit Bintang Indah. Jembatan tersebut sebelumnya rusak beberapa hari lalu, dan hingga kini belum ada penggantinya," ujarnya kepada Dialeksis, Rabu (25/12/2024).
Ia menegaskan Pemerintah Aceh, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), harus segera mengambil langkah konkret untuk membangun jembatan darurat atau jalan alternatif untuk menghubungkan masyarakat di 15 desa yang ada di Kecamatan Leuser.
"Ketiadaan jembatan darurat inilah yang memaksa masyarakat untuk bergantung pada perahu Robin sebagai sarana transportasi utama, meskipun itu sangat berisiko," ujarnya.
Ia juga meminta agar Pemerintah Aceh, khususnya Pj Gubernur, segera menginstruksikan Dinas PUPR untuk bergerak cepat dalam membangun jembatan penyeberangan yang aman dan dapat menghindarkan warga dari risiko kecelakaan.
Jika langkah ini tidak segera dilakukan, tidak menutup kemungkinan musibah serupa akan terus terjadi, dan warga 15 desa yang bergantung pada akses transportasi tersebut akan semakin terisolasi.