Jum`at, 06 Juni 2025
Beranda / Berita / Aceh / Tuanku Muhammad: Mari Sejukkan Banda Aceh dengan Gerakan Menanam Pohon

Tuanku Muhammad: Mari Sejukkan Banda Aceh dengan Gerakan Menanam Pohon

Selasa, 03 Juni 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Wakil Ketua Komisi III DPRK Banda Aceh, Tuanku Muhammad. Foto: dok DPRK


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kota Banda Aceh kembali mencatatkan diri sebagai daerah dengan suhu tertinggi di Indonesia. Pada Sabtu (31/5/2025), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan suhu maksimum di ibu kota Provinsi Aceh itu mencapai 36,4 derajat Celsius, naik dari hari sebelumnya yang tercatat 36,1 derajat Celsius.

Fenomena suhu ekstrem ini bukan kali pertama terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, Banda Aceh kerap mengalami lonjakan suhu yang signifikan, terutama pada bulan-bulan kering seperti Mei dan Juni. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan perubahan iklim yang semakin nyata di kawasan perkotaan.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPRK Banda Aceh, Tuanku Muhammad, mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah kota untuk bergerak bersama dalam mengurangi dampak pemanasan global.

"Kita tidak bisa diam saat kota yang kita cintai ini semakin terasa panasnya. Perlu ada langkah nyata dan kolektif. Salah satunya adalah menggalakkan kembali gerakan menanam pohon di setiap sudut kota," kata Tuanku kepada Dialeksis, Senin (2/6/2025).

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menjelaskan, penanaman pohon adalah langkah strategis yang terbukti efektif dalam meredam dampak perubahan iklim. Pohon, menurutnya, mampu menyerap karbon dioksida (CO₂), memperbaiki kualitas udara, menurunkan suhu lokal, serta menjaga keanekaragaman hayati.

"Efek pemanasan global disebabkan oleh penumpukan gas rumah kaca, yang sebagian besar berasal dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Maka cara melawannya adalah dengan tindakan sebaliknya menambah ruang hijau dan memperbanyak pepohonan," jelasnya.

Tuanku juga mengingatkan bahwa suhu panas ekstrem bukan hanya berdampak pada kenyamanan hidup, tetapi juga bisa memicu risiko kesehatan seperti dehidrasi, heatstroke, hingga penyakit pernapasan.

"Jika kita tidak mengambil langkah sekarang, maka bukan tidak mungkin Banda Aceh akan menjadi kota dengan suhu ekstrem setiap tahunnya. Ini tentu membahayakan kualitas hidup masyarakat," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa gerakan menanam pohon bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan harus menjadi gerakan kolektif warga kota.

"Tanamlah pohon di lahan yang kita miliki, sekecil apa pun. Satu pohon yang kita tanam bisa jadi penyejuk bagi generasi mendatang. Mari bersahabat dengan alam, bukan melawannya," pungkas Tuanku.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI