UIN Ar-Raniry Hentikan Kuliah Tatap Muka, Kuliah Via Online
Font: Ukuran: - +
Reporter : Indra Wijaya
Suasana lengang di sekitaran kampus UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (16/3/2020). [Indra Wijaya/Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Warul Walidin mengintrusksikan aktivitas perkuliah dilakukan secara online. Hal tersebut sebagai bagian dari pencegahan dampak wabah Covid-19 terhadap dunia pendidikan dan aktivitas masyarakat.
Dalam surat edaran tertanggal 13 Maret 2020 itu, berikut imbauannya. Pertama, perkuliahan sementara waktu dilakukan tidak tatap muka hingga tanggal 31 Maret. Kedua, para Dekan dan Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry agar mengintruksikan para staf maupun agar melakukan perkuliahan melalui media daring.
Ketiga, para Dosen agar melakukan perkuliahan dan penugasan melalui via media daring. Keempat, para Dosen agar melakukan penjadwalan ulang kegiatan Laboratorium, praktek lapangan atau kegiatan lainnya. Kelima, semua mahasiswa agar tidak melaksanakan kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Keenam, Mahasiswa yang berada di Ma'had UIN Ar-Raniry tetap berada di asrama dan melakukan perkuliahan via daring. Ketujuh, absensi Tenaga Pendidik dan Tenaga Pengajar dilakukan secara manual.
Selanjutnya, salah seorang mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Ar-Raniry Cut Salma mengatakan, saat ini masih bingung akan pulang ke kampung halaman atau tetap menetap di Banda Aceh.
“Masih bingun karena liburnya kan dua minggu. Tapi kendala di mata kuliah pula. Karena kami banyak mata kuliah praktek,” kata Salam saat dihubungi dialeksis.com, Senin (16/3/2020).
Saat ini mereka melakukan perkulian via online dengan bantuan aplikasi WhatsApp. Interaksi perkuliahan dilakukan di grup-grup mata kuliah bersangkutan.
Perihal penghentian aktivitas tatap muka dari pemerintah di lingkuangan kampus, sekolah dan kantor, untuk antisipasi penyebaran virus Corona, menurut Salma lebih baik imbauan tersebut diberikan ke semua kalangan.
“Semuanya saja dibatasi, warung kopi misalnya. Kan percuma kalau sekolah, kampus dan kantor libur tapi warung kopi penuh. Kan sama saja, bisa terjangkit virus corona juga,” ujarnya.
“Jadi kalau memang niatnya mau antisipasi, semuanya juga harus dibatasi,” tambahnya.
Hal serupa juga dikatakan Wahyu Majiah, angkatan 2016 di Prodi yang sama. Ia mengaku saat ini membatasi diri dengan segala aktivitas di luar rumah.
Wahyu juga mengaku mengalami kendala saat hendak melakukan bimbingan skripsi karena adanya rasa takut akan wabah virus corona.
“Gara-gara corona ini menghambat semua aktivitas, mau keluar takut tertular. Males harus pake masker lagi. Kita mau ke kampus juga malas, soalnya enggak ada kawan dan kampus sepi," pungkasnya. (IDW)