UIN Ar-Raniry Rangking 16 Pionir IX, Prof Farid: Rektor Sekarang Kurang Perhatian
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry) Banda Aceh menempati peringkat 16 dari 58 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia pada Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR) ke IX yang digelar di UIN Malang, 15-21 Juli 2019. Pada event ini, UIN-Raniry meraih 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Sementara itu, juara umum direbut oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan raihan 10 emas, 5 perak, dan 7 perunggu.
Mantan rektor UIN Ar-Raniry periode yang lalu, Prof. Farid Wajdi Ibrahim mengatakan prestasi yang diraih UIN-Raniry pada PIONIR tahun ini jauh melorot jika dibandingkan dengan raihan event PIONIR sebelumnya. Pada PIONIR tahun lalu UIN-Raniry berhasil meraih juara umum.
"Ini sepertinya tidak ada persiapan. Memang berjiwa tidak mendapat juara. Kalau berjiwa juara, pasti mengetahui lawan kita bagaimana. Ini adalah pertarungan harga diri. Jadi tidak ada niat sebagai pejuang PIONIR, minimal rangking 10 atau 5 besarlah," ujar Farid kepada Dialeksis.com melalui sambungan selular, Minggu, (21/7/2019).
Ia menyebutkan dengan dana Rp 700 juta yang digunakan untuk membiayai keberangkatan kontingen UIN Ar-Raniry dalam ajang tersebut, namun raihan prestasi seperti itu menjadi hal yang aneh.
"Sebenarnya tanggung jawab Prof Warul Walidin (Rektor UIN-Raniry-red) ada. Menurut info, dana keberangkatan mereka Rp 700 juta. Dengan biaya sebesar itu, dan jumlah 100 lebih yang berangkat, tapi dengan hasil yang didapat rangking 16 tentu menjadi aneh," tuturnya.
Ia pun membandingkan dengan prestasi yang diraih oleh IAIN Langsa yang menempati rangking 13. Menurutnya ini merupakan harga diri lembaga.
"Ini olah raga, bukan main mata, langsung angka dilapangan. Gak mungkin rekayasa. Misalnya basket, ini kan langsung masuk bola dikeranjang. Bagaimana diolah itu. Jadi semua jantan, sportif. Kita melihat hasil sekarang," tegasnya.
Menurut dia, hasil ini bukan pada persoalan ketidakmampuan rektor UIN Ar-Raniry dalam mempertahankan prestasi sebelumnya. Namun, sambungnya, lebih kepada kurang perhatian pada aspek ini.
"Saya tidak melihat pada ketidakmampuan, tapi tidak mengutamakan ini, mereka tidak memberi perhatian. Karena semuanya tercermin, ada olahraga, ada pidato bahasa Arab, bahasa Inggris, ada riset, ada karya ilmiah, semuanya lengkap disitu. Kalau kita tidak memberi perhatian, ya itulah efeknya," imbuhnya.
Seperti yang diketahui, UIN Ar-Raniry Banda Aceh pernah meraih juara umum pada event akbar dua tahun silam ketika menjadi tuan rumah. Saat itu, rektor UIN Ar-Raniry dijabat oleh Prof. Farid Wajdi. (imd)