Wanti-wanti Muncul Varian Omicron, IDI Aceh Minta Pemerintah Siapkan Infrastruktur Kesehatan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Ketua IDI Aceh, dr Safrizal Rahman. [Foto: Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak 38 negara sudah mengonfirmasi kehadiran varian Omicron, Covid-19 di negara masing-masing. Hal ini sesuai catatan WHO, namun setidaknya hingga kini, belum ada kematian akibat varian terbaru covid tersebut.
Laporan temuan nol kematian akibat Covid-19 varian Omicron ini bisa menjadi kabar baik. Tetapi, semua negara diharapkan tidak boleh lengah.
Menanggapi hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, dr Safrizal Rahman mengatakan varian Omicron itu dikenal sebagai varian yang tingkat penularannya cukup cepat.
"Sejauh ini, kami mengamati bahwa varian Omicron itu yang paling berbahaya dengan orang-orang yang berusia lanjut dan memiliki komorbid. Termasuk yang beresiko tinggi yaitu ibu hamil," jelasnya kepada Dialeksis.com, Minggu (5/12/2021).
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah sedang fokus terhadap ancaman tersebut. Menurutnya, bagi usia muda kemungkinan lebih survive menghadapi potensi dari pada varian Omicron tersebut.
"Belajar dari varian delta kemarin, dimana menjadi satu gelombang dan itu ternyata seluruh Indonesia sekaligus diserang. Karena memang kecepatan penularannya sangat cepat. Kita khawatir Omicron ini juga akan menyebabkan munculnya gelombang ketiga covid yang pernah dihadapi di seluruh Indonesia termasuk Aceh sebelumnya," jelasnya lagi.
Saat ini, menurut data yang ia terima sudah ditemukan 1 kasus varian Omicron di Indonesia.
Untuk mengatisipasi hal itu, pemerintah membuat kebijakan terbaru untuk pendatang dari luar negeri dengan pesawat udara, diwajibkan karantina selama 10 hari. Padahal beberapa waktu lalu aturan karantina sudah berkurang tinggal 3 hari.
Peningkatan masa karantina itu dilakukan dengan tujuan untuk melindungi agar tidak tersebar dengan varian Omicron.
"Tapi saya pikir agak susah untuk menghindari dari Omicron ini. Kemudian pemerintah akhir tahun ini akan melakukan PPKM level 3 tentu saja untuk menghindari mobilitas dan agar penyebaran tidak terlalu cepat," terangnya.
Selain itu, untuk daerah seperti Aceh yang angka vaksinasi rendah, lagi-lagi protokol kesehatan harus tetap diterapkan dan upaya vaksinasi harus dijalankan.
"Saya khawatir angka vaksinasi Aceh yang rendah tidak seperti daerah lain seperti Jawa. Hal inilah yang menjadi fokus kita bersama," sebutnya.
IDI Aceh menghimbau kepada pemerintah untuk menyiapkan khususnya infrastruktur kesehatan untuk menghadapi kemungkinan gelombang ketiga yang akan datang.