kip lhok
Beranda / Analisis / Golkar Aceh: Kilas Balik Pemilu dan Pilkada

Golkar Aceh: Kilas Balik Pemilu dan Pilkada

Jum`at, 29 Maret 2024 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Aryos Nivada

Penulis: Aryos Nivada, Dosen FISIP Universitas Syiah Kuala dan Pendiri Jaringan Survei Inisiatif


DIALEKSIS.COM | Analisis - Setelah hiruk pikuk Pemilu 2024 berlalu, terbukti bahwa kehadiran Partai Golkar, khususnya DPD 1 Golkar Aceh, menciptakan decak kagum dan sorotan publik. Partai ini berhasil mencatat sejarah dengan tiga kadernya masuk Senayan, menduduki kursi di DPR RI.

Hal ini memperkuat eksistensi Golkar Aceh selama empat pemilihan umum sebelumnya, yaitu pada 2009, 2014, 2019, dan 2024, yang telah melampaui satu dekade.

Maka, penulis tertarik untuk menelusuri perjalanan Golkar Aceh dalam empat pemilu sebelumnya dan Pemilu terakhir pada tahun 2024.

Sebelum terlalu jauh mengulas, semoga tulisan ini akan membantu pembaca untuk lebih memahami dinamika politik di Aceh khusus mensorot keberadaan Parti Golkar Aceh dalam konteks politik lokal. Sekaligus menambah khasanah pengetahuan dan informasi bagi pembaca setia tulisan penulis.

Tulisan ini dimulai dengan menelusuri jejak Golkar di parlemen Aceh dan pusat, dengan melihat data pemilihan umum 2009, 2014, dan 2019. Untuk DPRA, Partai Golkar memperoleh 8 kursi pada Pemilu 2009, meningkat menjadi 9 kursi pada 2014, dan tetap pada 9 kursi pada 2019.

Demikian pula, perolehan kursi DPR RI mengalami perkembangan. Pada 2009, Golkar Aceh meraih dua kursi DPR RI, dan pada 2014, perolehan kursi tetap dua. Namun, pada 2024, Golkar Aceh berhasil meraih 3 kursi DPR RI, dengan prediksi perolehan suara sebanyak 594.213.

Di DPRA, Golkar tetap memegang 9 kursi, dengan perolehan suara sebanyak 328.369. Sedangkan di tingkat DPRK, Golkar berhasil meraih 88 kursi yang tersebar di 23 Kabupaten dan Kota di Aceh.

Tidak hanya itu, di tingkat kabupaten dan kota, Golkar Aceh meraih lima kursi Ketua DPRK di Kabupaten Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues. Selain itu, tujuh posisi Wakil Ketua DPRK dipegang oleh kader-kader Golkar di Kabupaten Pidie, Aceh Jaya, Aceh Utara, Nagan Raya, Aceh Barat, Lhokseumawe, dan Kota Subulussalam.

Keberhasilan Golkar dalam meraih dukungan masyarakat Aceh sejak Pemilu 2019 tak lepas dari peran kepemimpinan TM Nurlif. Ia telah menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Aceh periode 2015-2019 dan kembali terpilih periode 2020-2025 dalam Musyawarah Daerah XI Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Aceh di Banda Aceh, 4-5 Maret 2020.

Meskipun jumlah kursi di DPRA tidak berubah dari pemilu sebelumnya, namun terjadi peningkatan suara dari 243.962 menjadi 328.369 suara. Di tingkat DPRK, terjadi penambahan 6 kursi dari pemilu sebelumnya, dengan perolehan 88 kursi DPRK pada Pemilu 2024.

Golkar Aceh juga sukses di Pilkada dengan memenangkan kandidat kepala daerah yang diusung pada Pilkada Aceh tahun 2017. Sebanyak 6 kandidat dianggap sebagai pemenang Pilkada 2017 di masing-masing daerah.

Kepemimpinan Golkar Aceh di bawah TM Nurlif menunjukkan peningkatan dari pendahulunya dalam perolehan kursi di parlemen, dari tingkat DPRK, DPRA, hingga DPR RI. Partai ini mampu mengelola konsituennya dengan baik dan memainkan ritme kekuasaan dengan bijaksana.

Jejak emas Golkar Aceh di bawah kepemimpinan TM Nurlif terlihat dalam konsistensi perolehan kursi baik di DPR RI maupun DPRA, tanpa pengurangan jumlah kursi dari pemilu ke pemilu. Selain itu, terjadi penambahan kursi dan suara di tingkat DPR RI dan DPRK pada Pemilu 2024.

Jika cermati realitas capaian Golkar Aceh saat ini hasil dari Pemilu 2024, merujuk pemikiran Duverger, partai politik memiliki peran penting dalam sistem politik karena mereka bertanggung jawab atas mobilisasi massa, pembentukan kebijakan, dan kompetisi politik secara umum. Dalam konteks Golkar Aceh, kita dapat melihat bagaimana partai ini secara efektif menggunakan struktur organisasi dan jaringan dukungan untuk memenangkan pemilihan, baik itu Pemilu maupun Pilkada.

Pengaruh kepemimpinan yang kuat, seperti yang ditunjukkan oleh TM Nurlif, juga dapat dianalisis dengan mempertimbangkan konsep "leadership dalam politik" yang dikembangkan oleh Max Weber. Weber menyoroti pentingnya pemimpin karismatik yang mampu menggerakkan massa dan menginspirasi dukungan yang kuat. Dalam kasus Golkar Aceh, kepemimpinan yang efektif dari TM Nurlif dapat dianggap sebagai faktor kunci dalam kesuksesan partai.

Selain itu, untuk memahami kemenangan Golkar Aceh dalam Pilkada, kita bisa merujuk pada konsep "strategi politik lokal" yang diusulkan oleh Edmund Mokrzycki. Teori ini menekankan pentingnya partai politik dalam mengadaptasi strategi mereka sesuai dengan dinamika politik dan kepentingan lokal. Golkar Aceh mungkin telah berhasil mengembangkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pemilih setempat, yang berkontribusi pada kemenangan mereka dalam Pilkada.

Sekali lagi penegasan dalam akhir tulisan ini TM Nurlif dan seluruh kader Golkar Aceh berperan besar dalam mencapai kesuksesan ini, dengan menjaga amanah rakyat dan bekerja keras bersama semua lini untuk membesarkan partai. Kesuksesan ini menjadi tanggung jawab berat bagi Golkar Aceh untuk dipertahankan dan ditingkatkan ke depannya.

Penulis: Aryos Nivada, Dosen FISIP Universitas Syiah Kuala dan Pendiri Jaringan Survei Inisiatif

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda