kip lhok
Beranda / Analisis / "Momentum Milad GAM Pondasi Berdemokrasi dan Pembangunan di Aceh"

"Momentum Milad GAM Pondasi Berdemokrasi dan Pembangunan di Aceh"

Sabtu, 18 November 2023 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Penulis: Ramzi Murziqin (Dosen FISIP Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)


DIALEKSIS.COM | Analisis - Peringatan milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) jatuh 4 Desember telah berlangsung ke 47 di tahun 2023, tentunya membawa makna mendalam bagi sejarah perjuangan rakyat Aceh. Di tengah-tengah ingatan tentang masa lalu tersebut, Aceh kini berada pada fase yang menuntut keseimbangan antara menghargai sejarah dan memajukan demokrasi. Pada tahun-tahun ketika tahapan kampanye pemilihan umum (Pemilu) sedang berlangsung, situasi ini menjadi semakin kompleks dan memerlukan peran aktif dari lintas tokoh masyarakat, adat, dan agama untuk menjaga situasi agar tetap kondusif stabilitas keamanan, pembangunan, dan menjaga keberlangsungan perdamaian.

Hal terpenting mengisi di milad GAM dalam konteks perdamaian yakni peran tokoh masyarakat, sebagai pemimpin yang dekat dengan kehidupan sehari-hari rakyat, memiliki tanggung jawab untuk menanamkan pemahaman, bahwa masa depan Aceh harus dibangun dengan semangat perdamaian dan persatuan serta kesatuan. Mereka harus menggalang kekuatan kolektif untuk mempromosikan dialog dan toleransi, serta menghindari tindakan yang dapat memprovokasi perasaan separatisme atau menghidupkan kembali luka lama.

Bukannya hanya dituntut peran tokoh masyarakat, namun partisipasi tokoh adat yang memahami akar sejarah dan budaya Aceh, memiliki peran untuk memastikan bahwa nilai-nilai adat dan tradisi lokal mendukung keutuhan dan stabilitas sosial dan keamanan menjadi penting mengisi perdamaian. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip adat yang menghormati keberagaman dan kesatuan, mereka dapat memainkan peran dalam menjaga keseimbangan antara menghormati masa lalu, dan bekerja menuju masa depan yang inklusif dan harmonis sehingga memiliki nilai keseimbangan satu sama lainnya.

Peran terpenting sekali berada di tokoh agama di Aceh, dengan pengaruhnya yang besar terhadap keyakinan dan perilaku masyarakat, dihadapkan pada tugas penting untuk menuntun umat dengan ajaran-ajaran yang menekankan perdamaian, kesabaran, dan persaudaraan. Dalam konteks Pemilu, mereka harus menegaskan bahwa setiap upaya politik harus dilakukan dengan damai dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang mendorong keadilan sosial dan keharmonisan hidup bersama.

Esensi Milad GAM

Peringatan milad GAM harus dirayakan dengan refleksi yang mendalam tentang jalan yang telah ditempuh dan menghormati perjanjian damai yang telah disepakati. Sebagai simbol perjuangan, milad ini dapat dijadikan momen untuk mengingat kembali bahwa aspirasi Aceh sekarang harus diwujudkan melalui proses demokratis, bukan melalui aksi-aksi yang berpotensi memecah belah.

Dalam masa kampanye Pemilu, penting untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan politik dilakukan dengan cara yang tidak menimbulkan gesekan atau konflik. Tokoh masyarakat, adat, dan agama harus aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam Pemilu yang damai dan demokratis. Mereka harus menjadi contoh dalam mengutamakan dialog dan konsensus daripada konfrontasi dan perpecahan.

Dukungan dari tokoh masyarakat, adat, dan agama dalam Pemilu tidak hanya penting untuk menjaga keamanan dan ketertiban, tetapi juga dalam menumbuhkan kesadaran politik yang matang. Mereka harus membantu masyarakat untuk memahami bahwa setiap pilihan politik harus didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan visi pembangunan yang berkelanjutan.

Peran mereka juga sangat penting dalam mengidentifikasi dan meredam isu-isu sensitif yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik sempit. Dengan pemahaman yang mendalam tentang dinamika sosial di Aceh, mereka dapat memberikan wawasan yang diperlukan untuk mencegah manipulasi politik yang dapat mengganggu stabilitas daerah.

Pada tahapan kampanye Pemilu, pesan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh ini harus konsisten dalam menyerukan kampanye yang bersih, jujur, dan adil. Ini mencakup menolak politik identitas yang sempit dan menghindari retorika yang dapat memicu perpecahan antarkelompok atau antarkomunitas.

Edukasi politik yang diselenggarakan oleh tokoh masyarakat, adat, dan agama juga harus mencakup penjelasan tentang bagaimana Aceh dan Indonesia telah bergerak maju sejak penandatanganan MoU Helsinki. Penekanan pada pencapaian dan kemajuan harus diberikan untuk memotivasi masyarakat Aceh, khususnya generasi muda, untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah dan negara melalui mekanisme demokratis yang sah.

Milad GAM dan Pemilu

Ketika milad GAM bertepatan dengan tahapan kampanye Pemilu, ada risiko bahwa semangat peringatan tersebut dapat disalahartikan atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengadvokasi agenda politik yang tidak sejalan dengan semangat persatuan dan integritas nasional. Di sinilah peran tokoh-tokoh masyarakat, adat, dan agama menjadi sangat kritis dalam menavigasi narasi yang diperlukan untuk mempertahankan kohesi sosial.

Tokoh-tokoh ini harus menunjukkan kepemimpinan melalui aksi nyata, seperti menyelenggarakan forum-forum dialog antarkomunitas yang dapat menampung aspirasi masyarakat serta membahas isu-isu aktual dengan cara yang konstruktif dan berwawasan ke depan. Mereka harus menegaskan bahwa memperingati milad GAM adalah tentang menghargai sejarah tanpa harus kembali ke masa lalu yang konflik.

Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan bahwa simbol-simbol yang digunakan dalam peringatan milad tidak menyinggung atau menimbulkan ketegangan. Bendera dan simbol lainnya yang pernah dikaitkan dengan ide separatisme harus ditangani dengan sensitivitas tinggi. Tokoh masyarakat, adat, dan agama harus mengedukasi masyarakat tentang bagaimana simbol-simbol tersebut dapat dipandang dalam konteks yang baru, yang reflektif terhadap komitmen Aceh terhadap perdamaian dan kemajuan bersama dalam kerangka NKRI.

Pendidikan pemilih adalah aspek penting lainnya yang harus diperhatikan tokoh-tokoh ini. Mereka harus menginformasikan masyarakat tentang bagaimana dan mengapa mereka harus berpartisipasi dalam pemilu. Ini termasuk memberikan informasi tentang calon, platform mereka, dan pentingnya memilih berdasarkan kebijakan dan kompetensi, bukan emosi atau loyalitas masa lalu.

Kampanye pemilu juga adalah waktu yang tepat untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi dan kesadaran politik. Tokoh masyarakat, adat, dan agama harus mengambil kesempatan ini untuk mengajak masyarakat memahami bahwa mereka memiliki kekuatan untuk membawa perubahan melalui suara mereka di bilik suara. Dengan demikian, milad GAM dapat dijadikan sebagai platform untuk menggalang energi positif dalam membangun masa depan Aceh dan Indonesia.

Di samping itu, tokoh-tokoh ini harus proaktif dalam mengawasi dan melaporkan setiap bentuk intimidasi atau kegiatan yang tidak sesuai dengan hukum dan peraturan pemilu. Mereka harus bekerja sama dengan lembaga pengawas pemilu dan keamanan untuk memastikan bahwa semua pihak mematuhi aturan dan menjaga integritas proses pemilu.

Di era digital ini, peran mereka juga meluas ke ruang online, di mana banyak diskusi politik dan sosial berlangsung. Mereka harus mampu menggunakan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan yang konstruktif dan mendorong partisipasi politik yang sehat, serta berperan aktif dalam memerangi penyebaran berita palsu dan informasi yang menyesatkan yang dapat mempengaruhi opini publik.

Pemilu adalah titik balik penting bagi Aceh dan Indonesia untuk menunjukkan kemajuan dalam demokrasi. Oleh karena itu, peran tokoh masyarakat, adat, dan agama dalam memastikan pemilu berlangsung dalam suasana yang damai dan demokratis tidak bisa dianggap remeh. Mereka harus memastikan bahwa milad GAM diperlakukan bukan sebagai ajang politik, tetapi sebagai refleksi atas jalan yang telah ditempuh dan sebagai komitmen untuk masa depan yang lebih baik.

Tokoh-tokoh ini harus bekerja sama untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Gerakan Aceh Merdeka—seperti keadilan, hak asasi manusia, dan otonomi lokal—tetap hidup dalam konteks yang legal dan konstitusional. Mereka harus menegaskan bahwa aspirasi tersebut kini harus diteruskan melalui dialog politik yang konstruktif, bukan melalui tindakan yang melanggar undang-undang.

Memasuki tahapan kampanye pemilu, tokoh-tokoh ini harus memperkuat komunikasi dan kerjasama dengan pihak berwenang untuk memonitor setiap potensi konflik dan mencegahnya sebelum berkembang. Mereka juga harus menjadi mediator dalam menyelesaikan perselisihan yang mungkin timbul antara pendukung berbagai partai politik.

Kesadaran Berpolitik

Pendidikan dan literasi politik yang mereka sebarkan harus mencakup prinsip-prinsip dasar demokrasi, seperti pentingnya suara setiap individu, hak untuk berbeda pendapat, serta proses demokratis dalam memilih pemimpin. Hal ini akan membantu masyarakat Aceh, khususnya generasi muda, untuk berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam pemilu.

Dalam mengaitkan milad GAM dengan tahapan kampanye pemilu, tokoh masyarakat, adat, dan agama juga harus mendorong inisiatif yang memperkuat identitas Aceh dalam kerangka NKRI. Inisiatif-inisiatif seperti festival budaya, seminar sejarah, dan kegiatan sosial bisa menjadi sarana yang efektif untuk mempromosikan persatuan dan menghormati keberagaman.

Di sisi lain, mereka juga harus mengingatkan masyarakat bahwa kebebasan berekspresi dan berkumpul adalah hak yang dijamin oleh konstitusi, selama dilakukan dengan cara yang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Mereka harus menjelaskan bahwa penggunaan simbol atau tindakan yang mengarah pada separatisme tidak hanya melanggar hukum tetapi juga dapat merusak proses perdamaian yang telah ditempuh dengan susah payah.

Keterlibatan tokoh masyarakat, adat, dan agama dalam proses pemilu juga harus melampaui masa kampanye. Mereka harus terus mengawal proses demokratisasi di Aceh, memastikan bahwa pemerintahan yang terpilih benar-benar mewakili kehendak rakyat dan bekerja untuk kesejahteraan mereka.

Kerja sama dengan media massa lokal dan nasional juga sangat penting untuk memastikan bahwa pesan-pesan positif tentang perdamaian, demokrasi, dan persatuan nasional dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Tokoh masyarakat, adat, dan agama harus memanfaatkan media untuk mengedukasi masyarakat dan menangkal narasi-narasi negatif yang dapat merusak iklim sosial-politik yang kondusif.

Melalui upaya bersama, milad GAM bisa dijadikan sebagai perayaan yang mencerminkan kematangan politik Aceh dan komitmennya terhadap NKRI. Ini juga adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Aceh adalah contoh sukses dari konflik yang berakhir dengan perdamaian dan rekonsiliasi, yang kini berusaha untuk berkembang bersama dalam bingkai negara yang demokratis.

Selain itu, para tokoh ini harus terus mengingatkan masyarakat bahwa masa depan Aceh akan ditentukan oleh kualitas demokrasi dan partisipasi politiknya. Mereka harus menekankan bahwa masa depan yang stabil dan sejahtera hanya bisa dicapai melalui kerjasama, bukan konfrontasi; melalui kesepakatan, bukan pertentangan.

Pada akhirnya, peran tokoh masyarakat, adat, dan agama dalam menjaga suasana kondusif di Aceh, terutama selama tahapan kampanye pemilu, adalah krusial. Mereka harus menjadi pemersatu dan penjaga nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara. Dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab, mereka harus memimpin masyarakat untuk melihat ke depan, merayakan keberagaman, dan bergerak bersama menuju masa depan yang lebih cerah.

Dalam melakukan tugasnya, tokoh masyarakat, adat, dan agama juga harus memperhatikan sensitivitas dan dinamika lokal. Setiap pesan dan tindakan mereka harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat Aceh yang beragam, dengan tetap mempertahankan fokus pada perdamaian dan stabilitas.

Mereka harus menjadi contoh dalam mempraktikkan dan menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi, seperti menghargai perbedaan, berdiskusi dengan argumentasi yang sehat, dan menghindari penyebaran informasi yang tidak berdasar. Edukasi ini sangat penting karena dapat mencegah munculnya kesalahpahaman dan konflik yang tidak perlu.

Tokoh-tokoh ini juga harus menjadi agen yang mempromosikan keterlibatan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka harus menginspirasi masyarakat untuk tidak hanya berpartisipasi dalam pemilu, tetapi juga dalam proses pembuatan kebijakan dan pengembangan masyarakat yang berkelanjutan.

Peran mereka dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keutuhan NKRI harus dilakukan dengan cara yang inklusif dan menghargai kekhususan Aceh. Mereka harus mengkomunikasikan bahwa otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh adalah bukti dari kemajuan dan fleksibilitas negara dalam memenuhi aspirasi daerahnya.

Selama kampanye pemilu, penting bagi tokoh-tokoh ini untuk bekerja sama dengan kandidat dan partai politik untuk memastikan bahwa kampanye mereka tidak menimbulkan ketegangan atau merugikan masyarakat. Mereka harus memastikan bahwa kampanye dilakukan dengan cara yang memperkuat kohesi sosial dan mengutamakan kepentingan umum.

Tokoh masyarakat, adat, dan agama juga harus berperan aktif dalam proses pengawasan pemilu. Mereka harus mengawal proses pemungutan dan penghitungan suara untuk memastikan transparansi dan keadilan, serta memberikan dukungan kepada lembaga pengawas pemilu dalam melakukan tugasnya.

Keterlibatan aktif masyarakat dalam pemilu adalah indikator langsung dari kesehatan demokrasi. Oleh karena itu, tokoh-tokoh ini harus mendorong partisipasi yang tinggi dengan memastikan bahwa masyarakat diberi akses yang mudah kepada informasi dan fasilitas pemilu. Ini termasuk memastikan bahwa TPS mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk kaum disabilitas dan komunitas terpencil.

Di luar masa kampanye pemilu, peran tokoh masyarakat, adat, dan agama tidak berhenti. Mereka harus terus mengawal implementasi kebijakan dan program yang telah disepakati, memastikan bahwa kepentingan rakyat Aceh terus terwakili dan terlindungi.

Peringatan milad GAM dapat menjadi momen yang membawa banyak emosi bagi sebagian masyarakat Aceh. Namun, dengan bimbingan yang tepat dari tokoh masyarakat, adat, dan agama, peringatan tersebut dapat diarahkan untuk menguatkan rasa kebersamaan dan kebanggaan terhadap apa yang telah dicapai Aceh dalam bingkai NKRI.

Tokoh-tokoh ini memiliki tanggung jawab yang besar dalam membentuk masa depan Aceh yang damai dan sejahtera. Mereka harus berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam membangun Aceh, dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, termasuk milad GAM dan kampanye pemilu, untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi, persatuan, dan keharmonisan sosial.

Melalui peran serta dan kepemimpinan mereka, milad GAM dan kampanye Pemilu di Aceh dapat berjalan paralel tanpa mengancam keutuhan dan keamanan daerah. Ini akan menjadi bukti bagi Indonesia dan dunia bahwa Aceh tidak hanya telah belajar dari masa lalunya, tetapi juga telah berkembang menjadi contoh nyata dari rekonsiliasi dan kemajuan demokrasi.

Penulis: Ramzi Murziqin (Dosen FISIP Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda