DIALEKSIS.COM | Sabang - Setelah sempat tertunda akibat penyegelan, proses pembongkaran 250 ton beras asal Thailand di Pelabuhan Sabang akhirnya tuntas pada Jumat (29/11/2025) malam. Meski seluruh muatan telah dipindahkan ke gudang, beras tersebut belum dapat diedarkan ke masyarakat sebelum hasil uji laboratorium dari Balai Karantina diterbitkan.
Direktur PT Multazam Sabang Group, H. Hamdani, menjelaskan bahwa kegiatan bongkar muat sebelumnya sempat berjalan tersendat. Selain faktor cuaca, aparat penegak hukum sempat memasang garis polisi sehingga proses pembongkaran terhenti beberapa hari.
“Awalnya sudah ada izin bongkar. Tapi karena hujan, kerja kami terputus-putus. Dua hari kerja, APH datang memasang segel. Kemarin police line sudah dibuka. Saya lapor ke Bea Cukai untuk izin buka gudang. Bongkarnya dua hari, dari pagi sampai malam, selesai sekitar jam 12 malam,” ujarnya.
Hamdani menambahkan, meski beras telah masuk ke gudang, bangunan penyimpanan kembali disegel oleh pihak Karantina demi menunggu selesainya pemeriksaan laboratorium. Selama hasil tersebut belum keluar, distribusi maupun penjualan belum bisa dilakukan.
Ia berharap proses uji laboratorium dapat segera diselesaikan agar komoditas ini bisa menopang kebutuhan pangan masyarakat Sabang. Beras impor tersebut merupakan jenis broken 5 persen, dinilai layak konsumsi, dan akan dikemas ulang dari 50 kilogram menjadi kemasan 15 kilogram. Perkiraan harga jual berada pada kisaran Rp13.000“Rp14.000 per kilogram.
“Kalau ada orang miskin datang dan hanya mampu beli lima kilo, saya jual. Kalau benar anak yatim, saya kasih gratis. Itu komitmen saya,” kata Hamdani.
Ia juga menegaskan akan memperketat pengawasan agar beras tersebut tidak keluar dari wilayah Sabang. Setiap pedagang atau grosir yang membeli dalam jumlah besar diwajibkan menunjukkan NPWP sebagai bentuk kontrol distribusi.
“Kalau ada grosir beli 10 sampai 20 sak, saya minta NPWP untuk memastikan barang tidak keluar ke daratan Aceh,” tegasnya.
Selain beras, PT Multazam Sabang Group disebut sedang menyiapkan rencana impor komoditas lain seperti gula, dengan catatan seluruh perizinan dari instansi berwenang telah dikeluarkan. Hamdani menegaskan bahwa seluruh aktivitas impor yang dilakukan pihaknya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan lokal.
“Setelah ini saya ambil gula lagi. Apa pun yang dibutuhkan Sabang dan ada izinnya, saya tetap bawa. Saya tidak ada niat membawa barang ke Banda Aceh. Saya fokus untuk Sabang dan Pulo Aceh,” pungkasnya.