DIALEKSIS.COM | Aceh Utara - Banjir besar yang melanda Kabupaten Aceh Utara sejak sepekan terakhir terus meluas dan memasuki fase kritis. Hingga Rabu (26/11/2025), tercatat 18 dari 27 kecamatan di wilayah tersebut terendam air. Padahal, pada awal kejadian, banjir hanya merendam lima kecamatan. Curah hujan tinggi selama beberapa hari serta jebolnya sejumlah tanggul memperburuk kondisi lapangan.
Bupati Aceh Utara, H. Ismail A. Jalil (Ayah Wa), menyatakan bahwa status darurat banjir telah resmi ditetapkan sejak 23 November 2025 sebagai langkah percepatan penanganan. “Kami mencatat 3.507 pengungsi hingga hari kelima. Ribuan lainnya juga terdampak namun memilih bertahan di rumah. Pemerintah daerah siaga penuh selama 24 jam,” ujar Ismail.
Kerusakan akibat banjir tercatat cukup serius. Pemerintah melaporkan tiga rumah rusak berat, 17 rumah rusak sedang, dan enam rumah rusak ringan. Sektor pertanian dan perikanan ikut terdampak, dengan 620 hektare sawah dan 571 hektare tambak terendam.
Kerusakan infrastruktur juga signifikan. Delapan titik tanggul sungai jebol, termasuk empat titik di tanggul Krueng Pase (Kecamatan Samudera) dan dua titik di tanggul Krueng Peuto (Kecamatan Lhoksukon). Selain itu, satu jembatan gantung di Kecamatan Sawang putus akibat derasnya arus Sungai Sawang. Luapan air turut menggenangi jalan nasional Banda Aceh“Medan, menghambat mobilitas warga.
Dua warga dilaporkan meninggal dunia akibat musibah ini. Muzammil (30), warga Matangkuli, tersengat listrik ketika berusaha menyelamatkan ayam peliharaannya di rumah yang terendam banjir pada Selasa malam (25/11/2025).
Korban lainnya, M. Afdalil (27) dari Gampong Jrat Manyang, Kecamatan Tanah Jambo Aye, meninggal setelah terseret arus banjir saat melintasi kawasan persawahan dengan motor trail pada Rabu (26/11/2025). Pencarian berlangsung selama tiga jam sebelum korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Kondisi paling parah dilaporkan dari Dusun Tanah Merah, Desa Leubok Pusaka, Kecamatan Langkahan. Ketinggian air di daerah ini mencapai lebih dari lima meter hingga merendam atap rumah warga dan bahkan lantai dua balai desa yang dijadikan lokasi pengungsian.
Berdasarkan data BPBD Aceh Utara, jumlah warga terdampak mencapai 4.451 jiwa (2.668 KK), sedangkan pengungsi tercatat 3.507 jiwa (1.270 KK) yang tersebar di 16 titik pengungsian. Kelompok rentan turut terdampak, terdiri dari 15 ibu hamil, 373 balita, 148 lansia, dan tujuh penyandang disabilitas.
Bupati Ismail menginstruksikan seluruh petugas evakuasi untuk tetap mengutamakan keselamatan diri dan warga. “Upayakan terobos banjir demi menyelamatkan korban. Jaga keselamatan diri dan warga. Kita beri upaya maksimal sekuat tenaga,” tegasnya.
Seluruh alat berat pemerintah telah dikerahkan untuk membuka sumbatan arus air. Namun, kebutuhan logistik makanan serta tambahan alat berat untuk normalisasi sungai sangat mendesak.
Ia mengarahkan seluruh Kepala Puskesmas di daerah terdampak untuk menyiapkan tenaga medis di lokasi pengungsian, khususnya bagi ibu hamil, balita, anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Kepala Dinas PUPR diminta segera menormalisasi aliran di titik-titik yang tersumbat agar genangan dapat berkurang lebih cepat.
Para camat diperintahkan tetap berada di wilayah masing-masing dan mengirimkan laporan real-time kepada pimpinan. Sementara Dinas Sosial diminta mempercepat penyaluran bantuan masa panik.
Imbauan Bupati: Tetap Siaga di Sepanjang DAS
Ismail mengimbau masyarakat yang tinggal di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Debit air sungai terus meningkat akibat curah hujan tinggi dan sedimentasi yang belum tertangani.