kip lhok
Beranda / Berita / Air PDAM Macet di Takengon, Penghuni LP Kelabakan

Air PDAM Macet di Takengon, Penghuni LP Kelabakan

Kamis, 13 Februari 2020 16:06 WIB

Font: Ukuran: - +

Danau Lut Tawar yang menjadi sumber air, namun masyarakat di Takengon masih kesulitan air.

DIALEKSIS.COM | Takengon- Masyarakat seputaran kota Takengon mengeluh, distribusi air dari PDAM Tirta Tawar macet. Dampaknya untuk memenuhi kebutuhan air, guna keperluan sehari hari, masyarakat kini merasakan kesulitan.

Dampak paling besar dirasakan penghuni LP Takengon. Masyarakat yang sedang menjalani masa tahanan, bukan hanya “berperang” dengan bau ruangan yang menyengat karena ketidaan air, namun mereka tidak mungkin mencari air keluar dari LP.

“Kalau enggak ada air susah sekali. Sel ruangan kami tidur, ukuranya sempit, penghuninya melebihi kapasitas. Sementara kamar mandi hanya menjadi dengan tempat tidur. Apa kami harus menahan bila harus buang air kecil dan air besar,” sebut salah seorang tahanan LP Takengon, Kamis (13/2/2020) ketika media ini berkunjung ke sana.

Bila tidak ada air ruangan yang sudah pengab dan melebihi kapasitas ini, baunya sangat menyengat. Tidak tahan berada dalam sel tahanan ini. Air menjadi kebutuhan vital bagi penghuni LP, karena selain untuk MCK, juga dipergunakan untuk keperluan ibadah.

“Penghuni LP sekarang sudah rajin beridah, Mushalla At Taubah di LP Takengon senantiasa dipenuhi jamaah. Kalau tidak ada air, penghuni LP akan susah beribadah,” sebut tahanan lainya yang enggan jati dirinya disiarkan.

“Benar, air PDAM tidak datang. Kami harus mengantisipasinya dengan jasa pihak pemadam kebakaran, agar mendatangkan air ke LP. Karena air yang didatangkan pihak PDAM tidak cukup, hanya antara dua tangki dalam satu hari,” sebut Zulkifli Porang, Kepala Lembaga Permasyarakatan kelas II Takengon ini, menjawab Dialeksis.

Menurut Zulkifli, penghuni LP Takengon untuk saat ini memang melebihi kapasitas, hampir seluruh LP melebihi kapasitas. Jumlah tahanan yang menjalani masa hukuman di LP ini mencapai 341 orang, pria dan wanita.

Namun ketika LP mengalami krisis air, karena macet distribusi dari PDAM, otomatis kebutuhan air untuk penghuni LP menjadi prioritas. Untuk satu hari minimal air harus ada enam tangki. Bila kurang, akan menimbulkan kegaduhan penghuni LP.

“Darimanapun air itu harus didatangkan. Penghuni LP akan protes bila tidak ada air. Karena distribusi dari PDAM macet dan saat macet air yang diantar tidak mencukupi, terpaksa harus dibeli dari pemadam . Satu tangki RP 200 ribu, kalau dari pemadam cukup tiga tangki untuk satu hari,” sebutnya.

Sementara anggaran untuk memenuhi kebutuhan air yang mendadak ini sumbernya tidak ada, sementara air apapun ceritanya harus ada di LP. Persoalan ini menjadi tantangan pimpinan LP, mau tidak mau dia harus menyediakan air saat krisis.

Pihak LP dalam memenuhi kebutuhan air untuk para tahanan yang melebihi kapasitas ini, setiap bulanya harus membayar retribusi antara Rp 14 juta sampai dengan Rp 16 juta. Pembayaran retribusi ini juga mengalami penunggakan, karena biaya operasional harus diajukan dulu dan pencarianya tidak cepat.

Pihak LP berharap, agar persoalan air untuk tahanan dapat segara normal, karena dampaknya sangat besar bila distribusi air mengalami kemacetan. Bukan hanya membuat tahanan resah dan menimbulkan kegaduhan, namun pimpinan LP harus mencari biaya ekstra untuk kebutuhan air.

Persoalan macetnya air di seputaran kota Takengon, kini sudah meresahkan warga. Hampir rata rata masyarakat mengeluhkan distribusi air dari PDAM. Sejak musim kemarau, distribusi air dari PDAM harus bergilir, dijatah.

“Seharusnya ini menjadi prioritas pemerintah, kebutuhan air bagi masyarakat itu vital. Persoalan ini sebenarnya bisa diselesaikan, jangan hanya pelanggan harus mematuhi pembayaran restribusi air,” sebut Anto, ketua HMI Aceh Tengah, menanggapi krisis air di Takengon.

Kepala PDAM Takengon, Hidayat, masih sulit diminta keteranganya, sehubungan dengan seringnya macet distribusi air kepada pelanggan.

“Kami sekarang menghadapi cobaan, harus mendistribusikan air secara bergilir. Harus dibuka dan ditutup selama musim kemarau ini. Rata rata setiap malam petugas di lapangan, jam 2 dini hari baru tidur, “ sebut salah seorang petugas PDAM yang harus melakukan giliran pendistribusian air.

Untuk LP juga petugas PDAM ini berupaya memenuhi kebutuhan, dengan mengantarkan air dalam tangki ke sana. Sehari antara dua tangki. Namun kebutuhan air sejumlah itu masih sangat kurang, dan pihak LP harus mengambil inisiatif karena bila menghitung debit air yang diantar PDAM, untuk satu harinya minimal 6 tangki.

Menanggapi seringnya krisis air di LP, Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, kepada Dialeksis menjelaskan, upaya mengatasi air disana dengan melakukan pengeboran sedalam 100 meter.

“Kami sudah meminta pihak LP untuk mengajukan proposal, agar persoalan air di LP dapat diatasi,” sebutnya.

Kepala LP Takengon, Zulkifli Porang, ketika dikonfirmasi Dialeksis, membenarkan pihaknya saat ini sedang menyiapkan proposal untuk mengatasi krisis air di LP.

Persoalan air di negeri dalam balutan gunung ini masih menjadi masalah, belum sepenuhnya pihak PDAM mampu memenuhi kebutuhan konsumen, khususnya di musim kemarau, karena berkurangnya debit air.

PDAM sebelumnya pernah mengoperasionalkan air yang disedot dari Danau Lut Tawar, di Bebuli. Namun belum sepenuhnya mampu diharapkan. Persoalan air di negeri dingin itu masih menjadi persoalan. ( Baga)


Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda