Rabu, 25 Juni 2025
Beranda / Berita / Bank Indonesia dan KADIN Aceh Jalin Kolaborasi Strategis Dorong Ekonomi Daerah

Bank Indonesia dan KADIN Aceh Jalin Kolaborasi Strategis Dorong Ekonomi Daerah

Selasa, 24 Juni 2025 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banda Aceh, Agus Chusaini, bersilaturahmi ke kantor KADIN Aceh, Senin, 23 Juni 2025. Foto: doc Humas Kadin Aceh


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Banda Aceh, Agus Chusaini, melakukan kunjungan silaturahmi ke Kantor Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh, Senin, 23 Juni 2025. Kunjungan tersebut disambut hangat oleh jajaran pengurus KADIN di Bale Saudagar Aceh, Gampong Ateuk Pahlawan, Banda Aceh.

Agus hadir bersama jajaran Deputi dan tim dari Bank Indonesia. Kehadiran mereka disambut oleh sejumlah pimpinan KADIN Aceh, di antaranya Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kelembagaan (OKK), Muhammad Mada; Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan, Iqbal Idris Aly; Bidang Investasi, Taf Haikal; Bidang Hukum, Teuku Yusuf; Bidang Pertanian, dr. Dermawan; serta Bidang Vokasi dan Sertifikasi, Teuku Jailani. Hadir pula Komite Tetap Bidang Konstruksi, Akmal.

Dalam sambutannya, Agus Chusaini menekankan pentingnya silaturahmi kelembagaan antara otoritas moneter dan dunia usaha. Menurutnya, sinergi antara Bank Indonesia dan KADIN sangat krusial untuk membangun kebijakan ekonomi yang responsif terhadap kondisi riil lapangan.

"Kami punya data dan proyeksi ekonomi Aceh. Namun masukan dari KADIN sebagai representasi pelaku usaha sangat penting. Kami ingin mendengar langsung bagaimana dinamika sektor riil, baik perdagangan barang maupun jasa," ujar Agus.

Agus juga menyoroti tekanan eksternal yang memengaruhi perekonomian daerah, mulai dari gangguan rantai pasok global hingga penurunan daya beli masyarakat. Dalam konteks ini, ia melihat perlunya kolaborasi konkret untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi.

Diskusi yang berlangsung terbuka itu dimanfaatkan para pengurus KADIN Aceh untuk menyampaikan beragam persoalan yang tengah dihadapi pelaku usaha lokal. Muhammad Mada, misalnya, menyoroti dampak dari efisiensi anggaran pemerintah yang berimbas langsung pada sektor jasa seperti perhotelan dan transportasi.

"Banyak pelaku usaha yang kini harus melakukan rasionalisasi operasional karena permintaan menurun dan pembiayaan makin sulit diakses," kata Mada.

Sementara itu, dr. Dermawan mengangkat persoalan rendahnya realisasi program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk alat pertanian di Aceh. Padahal, menurutnya, program tersebut sangat potensial dalam meningkatkan produktivitas petani.

Senada dengan itu, Taf Haikal menilai bahwa penguatan sistem keuangan dan infrastruktur menjadi kunci utama dalam mendorong sektor produktif dan investasi.

"Kelancaran transaksi keuangan sangat menentukan sukses tidaknya investasi, apalagi yang berkaitan dengan ekspor-impor yang kompleks," jelasnya.

Isu pemberdayaan UMKM juga menjadi sorotan. Teuku Jailani menyampaikan perlunya pendekatan jangka panjang dan terpadu untuk membina usaha mikro agar mampu naik kelas.

"Pendekatan pembinaan tidak bisa sepotong - sepotong. Harus ada ekosistem dukungan yang berkelanjutan dan kolaboratif," tegas Jailani.

Silaturahmi yang berlangsung dalam suasana hangat dan konstruktif ini ditutup dengan komitmen bersama untuk mempererat komunikasi dan memperluas ruang kolaborasi antara kedua institusi.

"Ini adalah langkah awal menuju kerja sama yang lebih konkret. Kami akan melibatkan lebih banyak asosiasi dan pelaku usaha Aceh dalam agenda-agenda strategis ke depan," pungkas Muhammad Mada.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dpra