Banyak Pasien Varian Delta di Bawah 18 Tahun
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Kesehatan mengatakan mutasi virus SARS-CoV-2 varian delta B.1.617.2 cenderung ditemukan pada pasien terpapar virus corona (Covid-19) dengan usia di bawah 18 tahun. Kemenkes sejauh ini mencatat ada 160 kasus varian delta di Indonesia.
Namun demikian, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menyebut sejauh ini belum ada ciri-ciri klinis khusus yang membedakan seseorang terpapar virus corona biasa atau dengan varian delta.
"Memang ada kecenderungan varian delta ini di beberapa rumah sakit, umur di bawah 18 tahun, di bawah 10 tahun sudah ada yang kena. Itu saja pengamatan kami jika melihat varian delta yang berbeda dari varian sebelumnya dari Wuhan," kata Maxi dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Rabu (23/6).
Maxi juga mengakui bahwa varian yang tergabung dalam 'Variant of Concerns (VoC)' atau varian yang diwaspadai Badan Kesehatan Dunia (WHO) ini memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi apabila berkaca pada kejadian di Kabupaten Kudus, Kabupaten Bangkalan, dan DKI Jakarta.
Sejauh ini sudah ada 211 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong VoC yang berhasil teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil Whole Genome Sequence (WGS) secara berkala. Rinciannya, 45 varian alpha, 6 varian beta, dan 160 varian delta.
Untuk itu, Maxi mengatakan saat ini Kemenkes berupaya terus meningkatkan kapasitas pemeriksaan WGS. Per 20 Juni, Indonesia sudah berhasil melakukan pemeriksaan terhadap 2.242 sampel.
"Jadi setiap ada peningkatan kasus di setiap daerah langsung sampel-sampel yang memenuhi WGS yang CT di bawah 30 itu kita bisa periksa varian barunya," kata dia.
Namun demikian, Maxi mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu terlalu panik akan kemunculan VoC ini. Ia menyebut sejauh ini meskipun varian tersebut memiliki kemampuan eksponensial dalam penularannya, namun mereka belum sampai menyebabkan case fatality rate (CFR) alias tingkat kematian tinggi.
Meski begitu, Maxi mewanti-wanti bahwa cepatnya penularan juga akan berimplikasi pada kondisi penuhnya tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di sejumlah rumah sakit yang juga berbahaya bagi tenaga kesehatan maupun pasien yang membutuhkan perawatan.
"Bukan meringankan atau bukan membuat kita senang. Sekalipun cepat penularannya, tapi CFR atau kematian belum terbukti sangat ganas. Tapi kalau banyak yang kena, tempat tidur rumah sakit terbatas, ICU habis, ya seperti India oksigen habis, itu berarti CFR akan banyak," pungkasnya.
Anggota Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan sebelumnya juga menduga temuan banyaknya pasien terpapar virus corona dengan mayoritas usia muda dan sehat riwayat kesehatannya diduga terjadi imbas varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di sejumlah daerah Indonesia.
Erlina mengatakan meski sampai saat ini pihaknya belum bisa mengidentifikasi secara detail gejala klinis yang dialami pasien Covid-19 biasa dengan pasien yang terpapar varian. Namun demikian, ia menyebut dalam beberapa bulan belakangan terlihat perbedaan gejala dan kondisi pasien yang datang ke rumah sakit.
Jika biasanya pasien banyak datang dari golongan usia tua dan memiliki komorbid. Namun belakangan ini pasien Covid-19 menurutnya banyak datang dari kelompok muda dan tanpa komorbid.[CNN Indonesia]