Blok Andaman III Tetap Ramai Peminat Setelah Repsol Mundur
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan bahwa Blok Andaman III, yang baru-baru ini dikembalikan kontrak pengelolaannya oleh Repsol Andaman B.V kepada negara, tetap menarik minat dari sejumlah calon investor dan perusahaan migas ternama.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf, menyatakan bahwa meskipun Repsol Andaman B.V telah mengembalikan kontrak pengelolaan Blok Andaman III, hal ini tidak menyurutkan semangat dan minat para pelaku industri migas untuk mengembangkan blok tersebut.
Blok Andaman III terletak di wilayah yang kaya akan cadangan minyak dan gas bumi, sehingga memiliki potensi yang sangat menjanjikan dalam kontribusinya terhadap industri energi nasional. Setelah Repsol Andaman B.V mengembalikan kontraknya, pihak SKK Migas mengonfirmasi akan segera membuka proses lelang dan seleksi untuk menemukan mitra baru yang akan mengelola dan mengembangkan blok migas tersebut.
"Sudah ada yang berminat mengambil alih blok tersebut. Mekanismenya melalui Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM," kata Nanang kepada Kontan, Jumat (22/7/2023).
Nanang melanjutkan, nantinya Blok Andaman III dapat dilelang ulang melalui skema lelang terbuka ataupun joint study agreement.
Adapun, Repsol nantinya akan memfokuskan investasinya pada Blok Sakakemang. Mundurnya Repsol kian menambah panjang deretan investor asing yang melakukan divestasi di Indonesia.
Nanang menegaskan, mundurnya sejumlah investor pada proyek migas merupakan hal yang lumrah.
Sebelumnya, dua perusahaan migas internasional yakni Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Shell Indonesia masing-masing mundur dari proyek migas yang tengah digarap yakni Indonesia Deepwater Developmnt (IDD) dan Blok Masela.
"Shell dan Chevron divestasi itu hal biasa, berkaitan dengan strategi portofolio masing-masing perusahaan," imbuh Nanang.
Nanang menambahkan, sejauh ini minat perusahaan asing untuk berinvestasi di Indonesia masih tergolong tinggi. Sejumlah perusahaan yang masih berminat umumnya berasal dari Asia dan Timur Tengah.
Sementara itu, baik proyek minyak bumi maupun gas bumi, keduanya dinilai masih cukup menarik bagi para calon investor.
Meski demikian, pengembangan energi gas bumi dinilai akan lebih tedorong ke depannya seiring pemanfaatan gas bumi dalam masa transisi energi.