Cegah Karhutla Meluas, Pakar: Perlu Konsep 5R dan Formula UNEP
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Tjandra Yoga Aditama mengatakan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meluas, perlu menerapkan konsep 5R. Selain itu, juga dinilai perlu fire ready formula milik Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP).
"Jangan menunggu sampai kebakaran meluas," ujar Tjandra, di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tersebut menyampaikan konsep 5R yang dimaksud yakni review and analysis (kaji ulang dan analisis), risk reduction (penurunan risiko), readiness (kesiapan), response (respons), serta recovery (pemulihan). Ia menyampaikan kelima konsep tersebut merupakan satu kesatuan utuh agar pengendalian karhutla dapat dilakukan secara terintegrasi.
Di sisi lain Tjandra mengatakan selain menerapkan pengendalian karhutla dengan 5R, pemerintah disarankan mengimplementasikan pendekatan fire ready formula yang diperkenalkan oleh UNEP.
Formula tersebut mengutamakan aspek sumber daya agar lebih digunakan untuk perencanaan, pencegahan, dan kesiapan. "Sebesar 66 persen sumber daya digunakan untuk perencanaan, pencegahan, dan kesiapan. Sedangkan, 34 persen lainnya untuk kegiatan respons langsung apabila kebakaran terjadi," katanya.
Tjandra yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara mengatakan fenomena El Nino yang menaikkan temperatur dunia 0,2 derajat Celsius, menjadi penyebab risiko kebakaran hutan secara global meningkat akhir-akhir ini. Oleh karena itu, UNEP mengeluarkan seruan kepada pada para pemimpin dunia untuk meninjau ulang pendekatan, serta strategi dalam mengantisipasi, dan menangani kebakaran hutan.
Dampak serius kesehatan yang ditimbulkan oleh karhutla antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), sakit kepala, mual, serta iritasi selaput lendir. Adapun, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, sejak Januari-Juli 2023, luas lahan terbakar akibat karhutla mencapai 90.405 hektare.