DIALEKSIS.COM | Aceh - Wilayah Samudera Hindia di Pantai Barat Simeulue, Aceh, diguncang gempa tektonik berkekuatan Magnitudo (M) 6.2 pada Selasa dini hari, pukul 02.48.52 WIB.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Aceh Besar, Andi Azhar Rusdin, S.Si., M.Sc., menegaskan gempa ini tidak berpotensi tsunami berdasarkan hasil pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Episenter gempa terletak di koordinat 2,03° Lintang Utara (LU) dan 96,71° Bujur Timur (BT), atau sekitar 62 kilometer tenggara Sinabang, Aceh, pada kedalaman 30 kilometer. Aktivitas subduksi lempeng menjadi penyebab utama gempa dangkal ini. Analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa disebabkan oleh pergerakan sesar naik (thrust fault).
Guncangan dirasakan di sejumlah wilayah dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) berbeda. Kabupaten Simeulue mengalami getaran tertinggi (III-IV MMI), diikuti Aceh Selatan, Subulussalam, Singkil, dan Nias Utara (III MMI). Sementara wilayah Karo dan Aceh Barat Daya tercatat pada skala II-III MMI.
“Getaran dirasakan seperti truk berlalu, tetapi tidak menimbulkan laporan kerusakan signifikan sejauh ini,” jelas Andi Azhar Rusdin.
Hingga pukul 03.15 WIB, BMKG menyatakan belum terdeteksi gempa susulan (aftershock). Pemantauan terus dilakukan melalui jaringan sensor seismik di wilayah tersebut.
Andi Azhar Rusdin mengimbau masyarakat tetap tenang dan menghindari informasi tidak resmi. “Hindari bangunan yang retak atau rusak. Pastikan struktur rumah aman sebelum kembali masuk,” ujarnya. BMKG juga mengingatkan agar publik hanya mengakses informasi terverifikasi melalui kanal resmi:
Meski gempa tidak berpotensi tsunami, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap guncangan susulan dan kerusakan bangunan. “Kesiapan menghadapi bencana adalah kunci mengurangi risiko,” pungkas Andi Azhar Rusdin.