Impor Obat Melonjak, Cina Banjiri Pasar Indonesia
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Impor produk farmasi berupa obat dan vaksin sepanjang tahun ini (Januari-Mei 2021) mencapai AS$1,1 miliar, melonjak 138,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Posisi negara yang paling banyak memasok ke pasar Indonesia juga mulai bergeser.
Nilai impor dalam lima bulan ini sudah mendekati total impor sepanjang 2020 yang nilainya AS$1,2 miliar, dan lebih tinggi dari total impor tahun-tahun sebelumnya. Ini terjadi seiring dengan kebutuhan obat dan vaksin di tengah musibah pandemi korona.
Khusus Mei tahun ini, nilai impor produk farmasi mencapai AS$200 juta. Dibandingkan Mei 2020, terjadi peningkatan 110,9 persen. Sementara impor Februari 2021 yang AS$1,2 miliar mencatat rekor nilai impor bulanan tertinggi, setidaknya dalam tiga tahun terakhir.
Perkembangan tersebut mengisyaratkan ketergantungan Indonesia terhadap produk farmasi impor. Tahun ini, nilai impor diperkirakan bakal berlipat-lipat ketimbang tahun sebelumnya, mengingat hingga Mei sudah mendekati total nilai impor tahun lalu.
Negara yang menjadi pemasok utama untuk produk farmasi impor mulai bergeser. Hingga 2019, Amerika Serikat (AS) menjadi pemain utama. Namun sejak 2020, Cina mengambil-alih posisi AS. Pada Mei 2021, pangsa pasar Cina di Indonesia untuk produk farmasi telah mencapai 62,1 persen.
Sebelum 2020, pangsa pasar Cina di Indonesia masih di bawah 10 persen. Mulai tahun lalu, porsinya meningkat menjadi 13,2 persen, kemudian menguasai pasar pada tahun ini. Pemain utama sebelumnya, yaitu Amerika Serikat dan Jerman, pada tahun ini ada di peringkat dua dan lima.
Dengan asumsi kurs Rp14.500 per dolar, nilai impor produk farmasi dari Cina dalam lima bulan pertama tahun ini mencapai Rp9,6 triliun dari total impor Rp15,4 triliun.
Mestinya sih, badan usaha milik negara (BUMN) yang menjadi penyalur obat ikut kecipratan laba.[Lokadata]