Beranda / Berita / Ketua FKUB Aceh Serukan Bijak Bermedia Sosial untuk Jaga Kerukunan

Ketua FKUB Aceh Serukan Bijak Bermedia Sosial untuk Jaga Kerukunan

Senin, 20 Januari 2025 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Aceh, H. A. Hamid Zein. Foto: dok Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Fenomena penggunaan media sosial yang marak di kalangan masyarakat Aceh belakangan ini, tak lepas dari polemik dan ketegangan. Berbagai konten yang beredar, baik dari kalangan influencer maupun masyarakat umum, sering kali memicu kericuhan di ruang publik. Terkait hal itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Aceh, H. A. Hamid Zein, memberikan pernyataan tegas soal pentingnya bijak dalam menggunakan media sosial.

Dalam wawancara eksklusif dengan Dialeksis.com, Hamid Zein menjelaskan, fenomena media sosial yang berkembang pesat tak hanya mengubah cara orang berinteraksi, tetapi juga menciptakan tantangan baru bagi kehidupan sosial dan agama di Aceh. Media sosial, yang dulunya hanya digunakan sebagai alat komunikasi, kini telah menjadi ruang baru untuk penyebaran informasi yang sering kali tidak terkontrol.

Sebagai organisasi yang berperan menjaga harmoni antar umat beragama di Aceh, FKUB memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan media sosial tidak digunakan untuk memperburuk perpecahan. Hamid Zein menjelaskan bahwa FKUB berupaya mempererat hubungan antar umat beragama melalui berbagai kegiatan, seperti dialog, mediasi, dan sosialisasi nilai-nilai moderasi beragama.

"FKUB berkomitmen mendukung pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang rukun, damai, dan harmonis. Kami melakukan berbagai langkah, mulai dari mengadakan dialog antar umat beragama, hingga mengedukasi masyarakat untuk menggunakan media sosial secara bijak," ujar Hamid.

Selain itu, FKUB juga berupaya meningkatkan kapasitas umat beragama melalui pelatihan dan pendampingan, serta memperkuat kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan iklim yang kondusif di Aceh.

Tantangan Media Sosial: Dari Hoaks Hingga Ekstremisme

Kehadiran media sosial, meski memberikan banyak manfaat, juga membawa dampak negatif, terutama dalam menyebarkan informasi yang bisa menimbulkan keresahan. Hamid Zein mengingatkan bahwa salah satu tantangan besar yang dihadapi masyarakat saat ini adalah penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan ekstremisme melalui platform digital.

“Media sosial memang memberikan ruang yang luas untuk berbagi informasi, namun tanpa pengawasan yang tepat, informasi yang salah dan berbahaya bisa dengan mudah tersebar luas,” jelasnya. Menurut Hamid, selain memicu kericuhan, fenomena ini juga bisa memperburuk polarisasi sosial di Aceh, yang dikenal dengan keberagaman budaya dan agama yang kaya.

Hamid Zein mengajak masyarakat Aceh untuk menggunakan media sosial dengan lebih bijaksana. “Kita harus mengedukasi diri sendiri dan orang lain untuk berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. Salah satu langkah penting adalah melakukan tabayyun, yakni konfirmasi kebenaran sebelum membagikan sebuah informasi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hamid memberikan beberapa pedoman dalam menggunakan media sosial secara bijak:

- Menghindari penyebaran konten yang bisa memicu polemik atau konflik.

- Menjaga etika komunikasi, termasuk menghindari ujaran kebencian.

- Mengatur waktu online dan tidak terlalu terfokus pada dunia maya.

- Menyaring informasi dengan cermat sebelum dibagikan.

Ia juga menekankan pentingnya peran tokoh agama dalam mengedukasi umat agar lebih bijaksana dalam bermedia sosial.

 “Para pendakwah, ustaz, dan dai harus menjadi teladan dalam mengajak masyarakat untuk menghindari konten negatif dan mengedukasi tentang pentingnya perdamaian,” jelasnya.

Hamid Zein tidak lupa menyoroti peran generasi muda dalam penggunaan media sosial. Ia berharap agar anak muda Aceh dapat menggunakan platform digital untuk tujuan positif dan produktif, serta menghindari terjebak dalam budaya provokatif yang sering beredar di dunia maya.

Di sisi lain, Hamid juga mengingatkan orang tua, pendidik, dan tokoh agama agar tidak hanya melek teknologi, tetapi juga mampu mengawal pemahaman agama dan moral di tengah derasnya arus informasi digital. 

"Pendidikan agama dan moral yang kuat harus ditanamkan sejak dini, agar generasi muda bisa menjadi pengguna media sosial yang bijak," tambahnya. 

Mengakhiri pembicaraan, Hamid Zein mengingatkan bahwa media sosial, seperti halnya pisau, bisa membawa manfaat atau mudarat, tergantung bagaimana cara menggunakannya. 

"Mari kita gunakan media sosial untuk kebaikan, untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian dan kerukunan. Hindari menyebarkan kebencian, dan jadilah agen perdamaian dalam masyarakat," pungkasnya.

Bagi Hamid, ini bukan hanya soal bagaimana kita menggunakan media sosial hari ini, tetapi juga bagaimana kita bisa memastikan bahwa generasi mendatang tetap mampu menggunakan teknologi ini dengan bijak, demi menjaga keberlanjutan keharmonisan sosial di Aceh dan Indonesia. Saring sebelum sharing, sebuah prinsip yang seharusnya menjadi pegangan bersama.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI