Menkes Sebut Kanker Payudara Masih Jadi Masalah Besar di Negara Berkembang
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, data WHO dan Global Cancer Observatory 2020 menunjukan sekitar 2,3 juta perempuan didiagnosis menderita kanker payudara dan 685.000 di antaranya meninggal dunia.
Menkes juga mengatakan, meskipun angka kematian menurun di negara maju, namun masih menjadi masalah besar di negara berkembang. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak berkolaborasi dalam memastikan keberhasilan pencegahan dan pengendalian kanker payudara melalui promosi kesehatan, skrining, deteksi dini dan pengobatan standar.
“Saya percaya dengan bekerja sama, membangun kekuatan kita dan mengalokasikan sumber daya yang cukup, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik untuk pengendalian kanker payudara di kawasan Asia Tenggara dan secara global,” kata Menkes pada Southeast Asia Breast Cancer Symposium (Seabcs) 2021, Minggu (1/8/2021).
Menkes mengapresiasi Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan semua pihak terkait yang telah mendukung terselenggaranya Seabcs 2021 ini.
Sementara itu, Perwakilan dari WHO, dr.Benjamin Anderson berpendapat bahwa tantangan terbesar kanker payudara adalah reintegrasi, mengatasi stigma, kondisi keuangan, dukungan dan layanan paliatif.
“Agar efektif, deteksi dini kanker payudara harus ditindaklanjuti dengan efektif, tepat waktu, disertai pengobatan dan layanan pendukung,” ucapnya.
Dalam hal ini, ia berharap agar adanya inisiatif secara Global Breast Cancer sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di dunia sebesar 2,5% per tahun, di antara 2020 hingga 2040.
Dikatanya, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum di dunia. Oleh karena itu, ia mengajak agar semua negara bekerja sama dengan komunitas penyakit tidak menular, mengintegrasikan dukungan informasi dan layanan langsung serta diperlukan strategi eliminasi untuk membangun ekosistem kesehatan yang lebih baik.
“Kata kunci yang menjadi perhatian adalah ekuitas, integrasi dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,” ucapnya.
Ketua YKPI dan penyelenggara Seabcs 2021, Agum Gumelar menyampaikan terima kasih atas partisipasi seluruh peserta, para narasumber, moderator dan semua pihak yang telah bekerjasama dan mendukung terselenggaranya kegiatan Seabcs 2021.
Sebagaimana diketahui, meski digelar secara daring, SEABCS 2021 ini diikuti dari 22 negara terdiri atas 1,248 peserta, 706 tenaga pendukung, 543 dokter dengan penyampaian yang dipresentasikan sebanyak 70 tema.
“YKPI memandang diperlukan rangkaian program yang berkesinambungan dimulai dari kebijakan, pelaksanaan di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas hingga tersier seperti rumah sakit kelas A dan profesi tenaga kesehatan agar upaya penurunan kanker payudara stadium lanjut dapat terlaksana dan memberikan hasil yang nyata,” ucapnya.
Linda juga menambahkan, pentingnya tata kelola program, manajemen dan klinis, sehingga kesatuan sehingga program yang dicanangkan dapat berjalan lancar. Termasuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi program terlaksana untuk perbaikan program selanjutnya.
“Kerjasama internasional, regional dan tingkat nasional merupakan penguatan bersama untuk memerangi kanker payudara. Sampai bertemu di tahun depan, dimana negara Philipina telah ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Seabcs 2022,” pungkasnya.[Beritasatu]