Penuhi Komitmen Transisi Energi, Kini Giliran Pabrik Oksigen Gunakan REC PLN
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - PT PLN (Persero) berkomitmen penuh dalam mendukung transisi energi untuk mewujudkan masa depan energi yang lebih berkelanjutan. Komitmen ini mendapatkan apresiasi dari Air Liquide Indonesia (ALINDO) yang menandatangani Perjanjian jual beli Sertifikat Energi Terbarukan (Renewable Energy Certificate/REC) dengan PLN pada Selasa, (23/11/2021).
Proses penandatanganan dilakukan oleh President Director Air Liquide Indonesia Marloes Moerman dan General Manager PLN Banten Sandika Aflianto. Turut menyaksikan penandatanganan Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril.
Tanggapan positif dari sektor industri ini menjadi respons positif terhadap upaya transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT) oleh PLN. Rencananya, PLN akan memanfaatkan keuntungan dari REC untuk memodali pengembangan EBT, yang akan menunjang komitmen pencapaian target Net Zero Emission 2060.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril menjelaskan, REC merupakan salah satu inovasi produk hijau PLN untuk memudahkan pelanggan dalam membeli dan mendapatkan pengakuan internasional atas penggunaan energi terbarukan yang sudah ada di Indonesia. Sehingga pelanggan tidak perlu khawatir untuk bisa mengekspor produknya ke negara-negara tertentu yang sudah membutuhkan ini.
Dengan ditekennya perjanjian jual beli REC, maka jalinan kerja sama antara PLN dan Air Liquide Indonesia yang telah berlangsung selama 30 tahun akan terus berlanjut dan diperkuat.
"Jadi ini adalah bentuk kerja sama dan kesepahaman untuk align together to shape the word by using green energy," ucapnya.
Dia pun memastikan jika PLN akan terus melakukan inovasi produk EBT yang lebih maju guna memenuhi permintaan sektor industri sesuai dengan standar internasional. Seperti produk ramah lingkungan REC, yang akan memungkinkan pelanggan untuk secara langsung mendukung pengembangan proyek energi terbarukan melalui pengadaan energi hijau jangka panjang.
"Tentunya, PLN akan mengalokasikan keuntungan dari REC untuk menambah kapasitas pembangkit energi terbarukan, sehingga dapat memenuhi target Net Zero Emission 2060," ujar Bob.
Saat ini, total kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) PLN telah mencapai 7,936 MW. Setelah sukses menginisiasi proyek awal melalui PLTP Kamojang, REC dari PLTP Lahendong dan PLTA Bakaru juga akan tersedia pada bulan November 2021.
"Kedua pembangkit EBT ini akan menghasilkan lebih dari 1.000.000 REC per tahun untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan pelanggan perusahaan dan ritel di Indonesia. Tentunya di masa depan kami akan memasukkan lebih banyak pembangkit listrik EBT untuk memenuhi permintaan REC kami," imbuh Bob.
Untuk memastikan bahwa setiap REC dapat dipertanggungjawabkan, berkualitas tinggi, dan memenuhi standar internasional, PLN bekerja sama dengan APX Inc., penyedia sistem pelacakan dari Amerika Serikat yang diakui secara internasional.
Di sisi lain, President Director Air Liquide Indonesia Marloes Moerman mengapresiasi komitmen PLN dalam memberikan pilihan kepada industri untuk mendapatkan akses ke energi terbarukan.
"Terima kasih atas kerjasama ini karena dengan adanya kerjasama ini, Air Liquide Indonesia mampu mendukung dan membantu pelanggan dengan lebih baik untuk mengurangi environmental footprint melalui penggunaan produk rendah karbon,” ungkapnya.
- Untuk Bangun Pembangkit EBT Hingga 2060, PLN Butuh Rp 9000 Trilliun
- Jaga Keberlangsungan Bisnis, PLN Sudah Siap Jalankan Transisi Energi
- Rampungkan Proyek Strategis Nasional Senilai Rp 1,7 Triliun, PLN Dukung Pertumbuhan Ekonomi Pasca Pandemi
- PLN Buktikan Mobil Listrik Lebih Hemat, 72 Km Hanya Rp 10 Ribu