Pertamina Produksi Green Diesel
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus berupaya meningkatkan pasokan diesel berbasis minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/ CPO) atau dikenal dengan istilah green diesel (D100) dari kilang di dalam negeri, sehingga bisa menjamin keberlanjutan program biodiesel dan konsisten mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Mars Ega Legowo Putra, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Patra Niaga, Commercial & Trading Subholding Pertamina, mengatakan selain memiliki terminal pencampuran biodiesel yakni untuk mencampur diesel berbasis minyak fosil dan bahan bakar nabati berupa Fatty Acid Methyl Esters (FAME), Pertamina juga akan memproduksi green diesel langsung dari kilang BBM perseroan.
"Kami dengan Subholding Refinary (PT Kilang Pertamina Internasional) juga bekerja sama. Kami akan mendorong produk ini, kontinuitas produksi bisa dari kilang, bukan dari terminal saat ini," ungkapnya tuturnya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia dengan tema "Biodiesel untuk Kemandirian Energi", Senin (07/06/2021).
Dia menjelaskan, saat ini Pertamina mengoptimalkan tiga kilang minyak yang telah ada untuk juga memproduksi green diesel, antara lain Kilang Dumai, Riau, Kilang Plaju, Sumatera Selatan, dan Kilang Cilacap, Jawa Tengah.
Kilang Cilacap untuk tahap awal memproduksi sekitar 3.000 barel per hari (bph) green diesel, namun untuk fase kedua nantinya bisa naik menjadi 6.000 bph. Lalu, Kilang Plaju memproduksi 20 ribu bph. Sementara Kilang Dumai kini telah memproduksi sekitar 1.000 bph green diesel (D100).
Sementara untuk pengembangan terminal biodiesel, dia mengatakan, perseroan berinvestasi sekitar Rp 200 miliar untuk pengembangan inventori FAME. Saat ini perseroan memiliki 114 terminal pencampuran biodiesel, di mana di Indonesia Timur terdapat 30 titik pencampuran biodiesel.
Dia mengatakan, penjualan harian biodiesel perseroan kini rata-rata mencapai 44 ribu kilo liter (kl) per hari, sudah mendekati kondisi penjualan normal sebelum pandemi Covid-19.
"Tren bulan Juni sudah mendekati pra Covid-19, minus 2% atau sudah mencapai 98% dari pra Covid. Kalau ini bisa dijaga, saya yakin sampai dengan 2021, apa yang ditargetkan pemerintah, bisa tercapai," tuturnya.[CNBC Indonesia]