Terkait Pemberhentian Kadisdik Aceh, Ini Tanggapan Usman Lamreung
Font: Ukuran: - +
[Dok: AcehTrend.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, memberhentikan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Drs Rachmat Fitri dan menunjuk Kepala Dinas Sosial Aceh, Alhudri menjadi Plt Kepala Dinas Pendidikan Aceh.
Menanggapi hal itu, Usman Lamreung selaku pengamat politik sekaligus Akademisi Universitas Abulyatama, mengatakan pencopotan Kepala Dinas Pendidikan Rachmat Fitri, terkesan mendadak dan mengagetkan semua kalangan masyarakat, karena dilakukan diujung tahun, berakhirnya pelaksanaan program dan penutupan anggaran tahun 2020.
Ada apa yang sebenarnya, hingga harus dicopot dan diganti mendadak begitu, apakah ada masalah dengan program Westafel Covid -19 (tempat cuci tangan) dengan besaran anggaran mencapai 41,2 Milyar, atau ada masalah lainnya sangat urgent sehingga mengharuskan Rachmat Fitri diganti?
“Lebih mengherankan lagi, pengganti Rachmad Fitri adalah Alhudri Kepala Dinas Sosial, dan menjadi pertanyaaan publik, kenapa harus Alhudri, beliau saat ini juga sangat sibuk merealisasikan program 2020 dan membuat program baru untuk tahun 2021,” ujarnya.
“Kenapa tidak yang lain, benar-benar cakap, sesuai dengan skil dan bidang pendidikan, melanjutkan program Aceh Hebat bidang pendidikan. Atau memang tidak ada lagi SDM yang mumpuni dibidang pendidikan, sehingga harus menunjuk Alhudri sebagai Plt Dinas Pendidikan,” tambahnya.
Tentu sama-sama rakyat Aceh ini menginginkan sesuai dengan bidang, cakap, tidak korupsi, dan paham program Aceh hebat dibidang Pendidikan.
Sudah sepatutnya pemerintah Aceh memberikan penjelasan terkait dengan pecopotan kepala dinas pendidikan yang terkesan mendadak, dan dipaksakan. Ini bisa akan mempengaruhi berbagai program yang sudah disusun dan berjalan.
Jangan sampai nantinya terkesan pada masyarakat, pencopotan kepala Dinas Pendidikan sarat kepentingan dan politis, dan sudah sepatutnya pemerintah aceh memberikan penjelasan pada publik.
Selama beberapa hari kemarin, Dinas Pendidikan Aceh banyak disorotan masyarakat, salah satunya adalah 400 paket Westafel (tempat cuci tanggan) disekolah dengan anggaran 41,2 milyar, program ini dianggap mubazir, dan bukan program urgensi yang harapan sekolah.