Beranda / Data / Dokter Jerman Viral Setelah Ungkap Praktik Paranormal di Indonesia

Dokter Jerman Viral Setelah Ungkap Praktik Paranormal di Indonesia

Sabtu, 15 Februari 2025 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Friedrich August Carl dokter asal Jerman pada tahun 1823 ditugaskan oleh Departemen Kesehatan Hindia Belanda untuk bekerja di Semarang. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pada masa lalu, sebelum ilmu kedokteran mengalami kemajuan, masyarakat kerap mengandalkan jasa dukun untuk mengatasi masalah kesehatan. Saat ini, praktik pengobatan dukun lebih dipandang sebagai tradisi tanpa dasar ilmiah, terutama di wilayah perkotaan.

Dalam praktiknya, dukun umumnya menggunakan mantra serta memberikan ramuan herbal kepada pasien. Metode inilah yang menarik perhatian seorang dokter asal Jerman, Friedrich August Carl, yang pada tahun 1823 ditugaskan oleh Departemen Kesehatan Hindia Belanda untuk bekerja di Semarang.

Sesampainya di Semarang, Carl terkejut karena masyarakat bahkan kalangan Eropa lebih memilih berobat ke dukun daripada ke dokter. Lebih mengejutkan lagi, banyak di antara mereka yang sembuh setelah menjalani pengobatan tradisional tersebut.

Fenomena ini membuat Carl bertanya-tanya bagaimana metode yang tidak sesuai dengan prinsip ilmu kedokteran bisa menunjukkan hasil yang positif, terutama di Hindia Belanda yang kala itu masih kekurangan obat-obatan modern seperti di Eropa.

Keraguan serupa juga dirasakan oleh banyak dokter Eropa. Menurut Hans Pols dalam Merawat Bangsa (2018), para dokter merasa tersaingi oleh dukun karena akses terhadap layanan kesehatan masih terbatas. 

Dokter umumnya hanya tersedia di kota besar, sementara sebagian besar masyarakat tinggal di pedesaan. Ditambah lagi, biaya berobat ke dokter lebih mahal, dan banyak orang merasa ragu terhadap metode pengobatan modern yang terasa asing. Akibatnya, mayoritas masyarakat memilih pengobatan tradisional.

Didorong oleh rasa penasaran yang mendalam, Carl kemudian mengamati praktik dukun secara seksama. Seperti yang diungkapkan Hans Pols dalam European Physicians and Botanists, Indigenous Herbal Medicine in the Dutch East Indies, and Colonial Networks of Mediation (2008), Carl mengamati bahwa dukun menafsirkan gejala untuk menebak penyakit, lalu memberikan mantra dan obat herbal.

Menurut pengamatan Carl, inti pengobatan tersebut terletak pada penggunaan obat herbal yang diperoleh dari tanaman lokal, sedangkan mantra hanya berfungsi sebagai pendukung. Namun, obat-obatan tersebut didasarkan pada tradisi dan pengalaman, bukan pada pengetahuan ilmiah yang teruji, sehingga perlu divalidasi melalui riset.

Atas dasar itulah, Carl meneliti obat herbal yang digunakan oleh dukun dan masyarakat umum dengan tujuan menghasilkan temuan ilmiah. Ia mengumpulkan informasi dari berbagai sumberā€”mulai dari masyarakat biasa, pedagang, pasien, hingga istrinya sendiriā€”serta melakukan eksperimen pada dirinya dan pasien hingga terbukti efektif.

Hasil dari perjalanan panjang mengungkap praktik dukun dan penggunaan obat herbal itu dituangkan dalam karya berjudul Pratische Waarnemingen Over Eenige Javaansche Geneesmiddelen (Pengamatan Praktis Beberapa Obat Jawa). Menurut Hans Pols, karya tersebut tidak hanya mencatat seluruh jenis obat herbal yang ada dan menyandingkannya dengan obat modern, tetapi juga mengkategorisasikan obat-obatan tersebut berdasarkan penyakit sesuai dengan ilmu medis modern.

Keberhasilan penelitian Carl kemudian mendorong banyak dokter di Hindia Belanda untuk mengintegrasikan pengobatan herbal ke dalam praktik medis mereka. Hal ini mempermudah pencarian solusi pengobatan bagi penyakit modern dengan memanfaatkan obat herbal.

Seiring waktu, nama Friedrich August Carl pun dikenal luas di akhir abad ke-19 sebagai dokter pertama yang menyusun dan mempraktikkan pedoman pengobatan herbal ala Indonesia.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI