Indeks Ketimpangan Gender di Aceh 2023 Turun 0,015 Poin
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution. Foto:Naufal Habibi/dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketimpangan gender antara perempuan dan laki-laki masih kerap ditemui di Indonesia. Mulai dalam bidang pendidikan, pekerjaan hingga pemerintahan. Proporsi keterlibatan perempuan dalam bidang tersebut masih lebih sedikit ketimbang laki-laki.
Meski begitu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan yang menunjukkan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Provinsi Aceh tahun 2023 sebesar 0,489, angka tersebut turun 0,015 poin jika dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 0,504.
Kepala BPS Provinsi Aceh, Ahmadriswan Nasution mengatakan, menurunnya Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi Aceh terutama dipengaruhi oleh meningkatnya dimensi pasar tenaga kerja (TPAK) perempuan.
Adapun perkembangan tiga dimensi pembentuk IKG secara konsisten juga mengalami perbaikan. Pertama, dimensi kesehatan reproduksi membaik, risiko perempuan dalam kesehatan reproduksi semakin menurun. Sementara, dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja semakin setara.
"Perkembangan IKG Aceh belum mengalami perubahan yang signifikan dalam kategori capaian," sebutnya.
Ia menjelaskan, IKG Aceh dari tahun 2019 hingga 2023 masuk dalam kategori ketimpangan sedang. Kabupaten dengan angka IKG tertinggi yaitu Kabupaten Pidie Jaya. Pada tahun 2023, sebanyak 5 kabupaten/kota berada dalam kategori ketimpangan rendah, 17 kabupaten/kota di ketimpangan sedang, dan terdapat 1 kabupaten/kota dalam kategori ketimpangan tinggi.
"Pencapaian IKG pada tingkat kabupaten selama kurun waktu 2019-2023 mengindikasikan perkembangan ketimpangan gender yang semakin baik. Sebagian besar kabupaten setiap tahun mengalami penurunan ketimpangan gender," jelasnya.
Sementara itu, tahun 2023, indeks ketimpangan gender paling rendah dicapai oleh Kabupaten Pidie, diikuti oleh Kabupaten Simeulue dan Kota Lhokseumawe. Kabupaten Simeulue mengalami penurunan ketimpangan gender paling tinggi yaitu sebesar 0,1 poin, hal ini terutama disebabkan oleh perbaikan dimensi pasar tenaga kerja.