DIALEKSIS.COM | Aceh - Setiap tahun, dunia menghasilkan sekitar 10 miliar kilogram ampas kopi yang sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah. Limbah organik ini tak hanya memenuhi lahan, tetapi juga melepaskan gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida saat terurai.
"Pembuangan limbah organik berkontribusi besar pada perubahan iklim," tegas Dr. Rajeev Roychand, insinyur dari Universitas RMIT, dalam penelitiannya yang terbit di Journal of Cleaner Production (2023).
Di sisi lain, industri konstruksi global yang haus pasir alam turut memperparah kerusakan lingkungan. "Eksploitasi pasir dari sungai mengancam ekosistem dan ketersediaan sumber daya ini," ungkap Dr. Jie Li, rekan peneliti di RMIT. Namun, jawaban atas dua masalah ini mungkin datang dari tempat tak terduga: secangkir kopi.
Tim peneliti RMIT berhasil mengubah ampas kopi menjadi material ramah lingkungan untuk beton melalui proses pirolisis pemanasan tanpa oksigen pada suhu 350°C. Metode ini mengkonversi ampas kopi menjadi biochar, arang berpori kaya karbon yang mampu berikatan dengan semen. Hasilnya? Beton yang lebih kuat tanpa mengorbankan pasir alam.
Menariknya, suhu menjadi kunci keberhasilan. Ketika diuji pada 500°C, biochar justru kehilangan kekuatannya. "Suhu rendah lebih efektif menciptakan struktur yang optimal," jelas Roychand. Temuan ini membuka jalan untuk mengganti hingga 10-15% pasir dalam beton, mengurangi tekanan pada sumber daya alam.
Inovasi ini tak hanya mengurai masalah limbah, tetapi juga mendorong ekonomi sirkular—sistem di mana sampah diubah menjadi sumber daya baru. "Kami ingin memastikan material memiliki siklus hidup berkelanjutan, sesuai prinsip Caring for Country yang diinspirasi kearifan masyarakat adat," ujar Shannon Kilmartin-Lynch, anggota tim peneliti.
Meski menjanjikan, penelitian masih dalam tahap pengembangan. Tim kini menguji ketahanan biochar terhadap kondisi ekstrem seperti pembekuan, abrasi, dan kelembapan. Mereka juga mengeksplorasi limbah organik lain, seperti kayu dan sisa pertanian, untuk diversifikasi material konstruksi hijau.
Jika berhasil, teknologi ini dapat merevolusi industri konstruksi sekaligus mengubah cara dunia memandang limbah. "Ini langkah kecil menuju masa depan di mana setiap ampas kopi tak lagi menjadi beban, tetapi solusi," pungkas Kilmartin-Lynch.