Abusyik Bupati 'Antik'
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM - Bagaikan seorang pakar yang ahli, Abusyik membuat statemen soal virus corona. Namun kemudian dia meminta maaf atas pernyataanya. Permintaan maaf itu disampaikan ke publik, lebih khusus kepada Presiden RI dan para menteri, serta masyarakat Pidie.
Pernyataan Roni Ahmad, Bupati Pidie tentang Covid-19 menjadi viral. Abusyik demikian dia disapa, menyebutkan virus corona menurut versi dia yang membawanya (berasal) dari senjata biologis.
Sebenarnya Abusyik, bukan hanya kali ini yang menjadi bahan perbincangan. Sebelumnya, lelaki yang gemar mengenakan kopiah merah ini juga sudah membuat sejarah. Ada tiga pejabat penting di Pidie yang mengundurkan diri dari Jabatanya.
Selain itu, Abusyik juga dikenal sebagai tenaga “medis”, mengobati pasien dengan ramuan-ramuan yang diciptakanya. Tubuh pasien diolesi dengan ramuan yang dibuatnya. Tidak hanya disitu, soal pengadaan mobil dinas yang kini ditumpangi Abusyik (jenis Pajero Dakkar 4x4 A), juga menjadi perbincangan.
Di negeri emping melinjo ini juga ada kisah unik, salah stempel ketika dilangsungkan sidang paripurna LKPJ kepala daerah. Stempel basah Gubernur Aceh terpatri dalam LKPJ bupati.
Senjata Biologis
Saat negeri ini dilanda prahara wabah virus corona, justru Bupati Pidie, Roni Ahmad menjadi viral atas pernyataanya dalam bentuk video yang ditayangkan di youtube. Abusyik menyebutkan Covid-19 yang membawanya dari senjata biologis.
Abusyik kemudian menjelaskan cara bekerja virus ini, salah satunya, yaitu listriknya. Dia menyebutkan senjata itu dipakai di negara dengan rakyatnya yang membludak.
"Jadi senjata biologis sudah masuk ke dalam ranah teknologi elektronik, jadi jarak kerjaannya dia yang pertama kali yang mendukung faktor dia bisa bekerja adalah salah satunya, listriknya, pembangkitnya, listrik, dia sama," jelas Abusyik, seperti dikutip detik.com.
"Karena senjata itu pada dasarnya mereka menggunakan pada suatu saat. Itu ada negara-negara yang intinya mereka menggunakan pada saat misalnya rakyatnya sudah membeludak, dan tidak ada tempat lagi untuk berteduh di negaranya. Kebiasaan mereka akan melakukan hal-hal seperti ini," jelasnya.
Masih di detik.com, Abusyik menjelaskan, senjata biologis tersebut juga dipakai saat perang dunia ketiga. Menurutnya, senjata biologis itu juga disebut sebagai sebagai senjata kimia.
Spontan publik geger. Apakah Abusyik sudah menjadi pakar dan mengetahui persis senjata biologis? Tak lama kemudian justru Bupati Pidie ini meminta maaf. Dalam pernyataan permintaan maafnya, Roni Ahmad menjelaskan soal pengetahuanya tentang senjata biologis yang sudah viral itu.
“Kalau ditanya saya bagaimana senjata biologis, saya juga tidak pernah dengar. Saya tidak pernah lihat, tapi hanya saya lihat buku-buku. Saya baca novel-novel, tapi bagaimana bentuk barangnya, bagaimana bentuknya saya juga tidak tahu, tidak fahami,” sebut Abusyik.
Atas ketidak fahamanya tentang Covid-19 dan senjata biologis, Abusyik meminta maaf atas kelancanganya mengeluarkanya statemen. Pernyataan maafnya juga viral di dunia maya.
“Maka dalam hal ini berdasarkan pernyataan saya, malam ini saya benar-benar mohon maaf kepada orang tua saya, juga masyarakat-masyarakat saya yang ada di Kabupaten Pidie. Terutama sekali kepada Bapak Presiden juga semuanya kabinet di negara kita,” sebut Abusyik.
Dalam pernyataan minta maafnya, Abusyik juga menjelaskan, bahwa dia telah bertanya kepada para dokter, atau SKPK terkait, atas rasa ingin tahunya tentang virus corona. Namun para dokter dan SKPK terkait, tidak memberikan jawaban yang pasti, akhirnya Abusyik berpendapat, bahwa virus corona berasal dari senjata biologis.
Perjalanan Unik sang Abusyik
Selain virus corona yang disebutnya berasal dari senjata biologis, ada sejumlah cacatan unik yang sudah diukir Roni Ahmad selama menjabat sebagai Bupati Pidie. Dari catatan sejarah yang berhasil Dialeksis.com rangkumkan, Abusyik memang bupati “antik”.
Dalam sejarah pemerintahan Pidie, belum pernah ada Sekretaris Daerah yang mengundurkan diri dari jabatanya. Namun pada masa Abusyik, hal itu terjadi. Sekda Muliyadi SPd MM mengundurkan diri, karena tidak “mau” mengikuti irama yang ditabuh Abusyik.
Akhirnya Abusyik menandatangani SK pada 27 Mei 2019 tentang penunjukan Sekda baru. Dia mempercayakan kepada Maddan (Asisten Pembangunan Pemda Pidie), sebagai Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Pidie.
Tidak lama kemudian setelah penunjukan Sekda baru, dua pejabat di sana juga mundur dari jabatanya, mengikuti jejak Sekda Muliyadi. Dua pejabat ini dalam sebuah mutasi pada (10/8/2019) diberikan jabatan baru oleh Bupati Pidie Roni Ahmad. Namun kedua pejabat ini menolaknya.
Direktur RSU Tgk Chik Ditiro, Sigli, Pidie, drg Moch Reza Faisal, MARS mundur dari jabatan yang baru diberikan bupati. Dia dipercayakan sebagai kepala Lingkungan Hidup. Jabatan semula diemban magister administrasi rumah sakit (MARS) ini adalah direktur RSU.
Tak sesuai dengan keahlianya dan jauh melenceng dari disiplin ilmu yang digelutinya, drg Moch Reza akhirnya meletakan jabatan. Demikian dengan dr Fajriman, dia diangkat sebaga staf ahli bidang ekonomi. Ketika dokter menjadi staf ahli ekonomi, Fajriman menolak jabatan itu.
Soal mobil dinas yang kini dipergunakan bupati, juga sempat ramai menjadi pemberitaan media. Bupati di sana berkeinginan menggunakan mobil jenis Hi Ace. Namun mobil jenis ini menjadi persoalan, ketika bagian umum Pemda setempat memproses STNK di kantor Samsat.
Mobil jenis Hi Ace tidak tidak diperbolehkan menggunakan plat BL 1, karena mobil jenis Hi Ace, adalah mobil penumpang. Kemudian bupati ini meminta mobil jenis Pajero Dakkar 4x4 A. Anggaranya mencapai Rp 1 milyar.
Namun setelah mobil ini dibeli sesuai dengan daftar harga di e catalog, nilainya hanya Rp 673 juta. Otomatis sisa anggaran dari pembelian mobil ini dimasukan ke kas daerah sebagai Silpa.
Lain soal corona, lain pula gendang penempatan pejabat dan keinginan menggunakan mobil. Bupati Abusyik memang “antik.” Dia menjadi tenaga medis, mengobati pasien. Cara mengobatinya juga terbilang unik.
Dia mengoles tubuh pasien dengan kuas. Ramuan olesan di tubuh pasien ini juga dia ciptakan sendiri, berasal dari tumbuh tumbuhan dan akar akar tanaman, sesuai dengan keyakinan dan pengetahuan yang dimilikinya.
Bahkan baluran obat sang bupati ini sempat viral dan menjadi pembahasan, setelah media meramaikanya. Bupati Pidie, Abusyik telah menjadi “dokter”, menciptakan obat sendiri dan membalurkanya ke tubuh pasien dengan menggunakan kuas. Antik memang.
Walau sang pasien, dalam pengakuanya ke media, ada perubahan atas sakit yang dideritanya. Abusyik juga berharap, obat yang diramunya itu dapat membantu rakyatnya. Apa ramuan itu, Abusyik belum mau membuka rahasia secara mendetil.
Di Pidie, ada lagi sebuah kisah yang unik. Saat dilangsungkan sidang paripurna tentang LKPJ kepala daerah tahun anggaran 2018, soal stempel menjadi ramai dan kerap menjadi makanan empuk media.
Stempel basah Gubernur Aceh dalam dalam laporan pertanggungjawaban kepala daerah Pidie. Seharusnya dalam LKPJ itu dibubuhi stempel Pemda Pidie, bukan Gubernur Aceh. Sontak persoalan ini ramai, bahkan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah juga menaruh perhatian atas insiden ini.
Sosok Abusyik memang antik. Suka mengobati orang, kepingin naik mobil jenis Hi Ace, menempatkan pejabat bukan pada ahlinya yang berujung mundur, namun juga menunjukan “kelatahanya” dalam persoalan virus corona.
Dia membuat pernyataan tentang senjata biologis, dimana kemudian dia menyatakan permintaan maafnya. Lelaki yang gemar mengenakan kopiah merah ini sudah menunjukan siapa dirinya. Belum tahu, apalagi ke depanya yang akan dilakukanya. (Bahtiar Gayo)