Brian Yuliarto: Titik Balik Transformasi Pendidikan Tinggi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia

Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek). Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Dalam sebuah langkah yang dianggap sebagai titik balik dalam kebijakan pendidikan nasional, Presiden RI Prabowo Subianto resmi melantik Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) melalui Keppres Nomor 26B Tahun 2025. Pengangkatan ini menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam reshuffle perdana Kabinet Merah Putih sejak pelantikan Prabowo pada 20 Oktober 2024.
Keputusan reshuffle ini tak hanya menggambarkan pergeseran pejabat, melainkan juga merupakan sinyal kebijakan baru dalam menghadapi tantangan era digital dan globalisasi. Brian Yuliarto, yang sebelumnya dikenal sebagai rektor di salah satu perguruan tinggi terkemuka, diharapkan mampu membawa terobosan dalam menyelaraskan antara efisiensi pengelolaan dan peningkatan mutu pendidikan tinggi.
Langkah ini juga mengantisipasi tuntutan zaman, di mana perguruan tinggi harus bertransformasi menjadi pusat inovasi yang relevan dengan kebutuhan industri dan pembangunan daerah.
Perspektif Akademisi: Antara Harapan dan Tantangan
Tanggapan datang dari tiga tokoh akademisi ternama yang menyoroti langkah strategis ini dari berbagai sisi.
Menurut sosok dikenal humble ini Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si., IPU (Universitas Syiah Kuala) mengungkapkan harapan besar agar transformasi perguruan tinggi tidak hanya sekadar retorika, melainkan dapat terealisasi melalui kolaborasi erat antara institusi pendidikan dan pemerintah.
“Tri Dharma Perguruan Tinggi harus merajut ikatan yang erat dengan pemerintah untuk mempercepat terwujudnya Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Menurutnya, perguruan tinggi harus lebih proaktif dalam menghasilkan inovasi yang tidak hanya meningkatkan daya saing ekonomi daerah, tetapi juga membuka peluang jejaring internasional. Ia menekankan pentingnya kebijakan riset yang mendekatkan penelitian pada kebutuhan lokal, dengan pendekatan multidisiplin yang mampu menciptakan nilai tambah ekonomi melalui inovasi baru.
Pendapat lain disampaikan rektor terkenal energik ini Prof. Dr. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., Asean.Eng (Universitas Malikussaleh) menyoroti urgensi harmonisasi kebijakan antara kementerian dan perguruan tinggi.
“Kerja sama erat diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi, demi kemajuan bangsa dalam mempersiapkan generasi emas tahun 2045,” tegasnya.
Ia menambahkan, sinergi tersebut perlu didukung dengan optimalisasi pendanaan dan akselerasi pengembangan ekosistem riset, terutama untuk menyelesaikan tantangan seperti tunjangan kinerja dosen dan kesenjangan antara kualitas lulusan dengan tuntutan industri. Menurutnya, reformulasi kebijakan dan transformasi digital harus berjalan seiring untuk mengimbangi kemajuan informasi teknologi yang begitu pesat.
Sedangkan komentar dari sosok terkenal inovasi ini Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si. (Universitas Teuku Umar) menyampaikan harapan agar kepemimpinan baru di Kemdiktisaintek mampu menghadirkan terobosan kebijakan yang menyelaraskan efisiensi pemerintah dengan kebutuhan nyata perguruan tinggi.
“Perguruan tinggi mendesak agar kebijakan tersebut tidak mengorbankan kualitas pembelajaran demi efisiensi semata,” ujarnya.
Ia mencatat beberapa agenda penting, antara lain pembukaan program studi kedokteran baru guna memenuhi kebutuhan tenaga medis, transformasi kelembagaan dari PTN SATKER ke PTN BLU, serta penyempurnaan program Merdeka Belajar “ Kampus Merdeka (MBKM). Menurutnya, setiap langkah kebijakan harus diimbangi dengan peningkatan mutu dan relevansi kurikulum agar lulusan tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga siap bersaing di pasar global.
Implikasi dan Prospek ke Depan
Pengangkatan Brian Yuliarto dinilai Prof. Dr. Mukhlis Yunus, S.E., M.S sebagai momentum strategis yang membuka peluang untuk reformasi menyeluruh dalam lanskap pendidikan tinggi Indonesia.
“Di tengah berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan dana riset hingga kesenjangan antara dunia akademis dan industri, sinergi yang terjalin diharapkan mampu memperkuat fondasi sistem pendidikan nasional,” ungkap Prof Mukhlis dosen USK.
Meski langkah ini menyulut optimisme di kalangan akademisi, sejumlah pertanyaan kritis disampaikan Prof Mukhlis pun muncul. Bagaimana implementasi kebijakan baru ini di lapangan? Apakah sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi dapat dijalankan secara efektif? Para pengamat menantikan langkah konkrit dari Mendiktisaintek dalam menyeimbangkan program efisiensi dengan peningkatan mutu pendidikan, serta mengakselerasi transformasi digital yang kini menjadi keharusan.
Dengan harapan yang besar dan tantangan yang nyata, kepemimpinan Brian Yuliarto di tengah dinamika global diharapkan Prof Mukhlis mampu membawa Indonesia ke era pendidikan tinggi yang lebih adaptif, inovatif, dan responsif.
“Sementara itu, seluruh elemen masyarakat, khususnya kalangan akademisi, terus memantau perkembangan implementasi kebijakan ini sebagai ujian besar dalam membangun pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan zaman,” pungkasnya.
Sebelumnya, posisi Mendikbudristek dipegang oleh Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro sejak 21 Oktober 2024, yang dikenal dengan fokus kebijakan pada pendidikan dan riset di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim. Pergantian ini diharapkan bukan sekadar perubahan pejabat, melainkan menjadi katalisator bagi inovasi dan kolaborasi strategis yang menyeluruh demi kemajuan bangsa.
Berita Populer

.jpg)