Kopi, Berawal dari Kaffa
Font: Ukuran: - +
Reporter : Hendra Syah
Tulisan pertama dari dua tulisan
SAYA minum secangkir kopi, lalu berdiri tegak di Puncak Burni Telong. Pada ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Namun jauh sekali dari daerah penghasil kopi arabika pertama di dunia, Ethiopia.
Dari puncak gunung ini, terlihat pemandangan bak mutiara dan hamparan luas hijau menghiasi kaki gunung ini. Gunung yang pernah meletus pada 7 Desember 1924 ini berjarak 5 km dari Kota Redelong, Ibukota Kabupaten Bener Meriah. Masyarakat Gayo menyebut Burni Telong dengan Burni Cempege, bermakna gunung yang dipenuhi belerang.
Kabupaten Bener Meriah bersama tetangganya Aceh Tengah adalah dua kabupaten yang berada di gugus Bukit Barisan Pulau Sumatera dan keduanya saling berbatasan. Bersama Gayo Lues, dua daerah ini termasuk dalam kawasan Dataran Tinggi Gayo. Letak geografis dan alam Dataran Tinggi Gayo memungkinkan daerah itu ideal bagi perkebunan kopi.
Tanah Gayo berada pada ketinggian 900 sampai 1.700 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 1.643 mm/tahun. Elivasi yang ideal bagi tanaman kopi. Kini Aceh Tengah dan Bener Meriah menjadi dua sentra penghasil kopi di Aceh, dengan luas areal mencapai 83 ribu hektar. Dari kopi ini pula mereka menggantungkan hidup.
Kopi menyimpan historis menarik dan dinamis di bidang ekonomi dan pertanian. Tidak seperti banyak komoditi lain, peran kopi tidak begitu besar dalam kontribusi memenuhi kebutuhan kalori. Tapi kopi justru menjadi sarana memenuhi kebutuhan sehari-hari hampir semua individu di dunia, yang telah melintasi waktu dan batas-batas spasial yang tak terhitung jumlahnya.
Sebuah aspek penting pun layak dipertimbangkan, seperti pertumbuhan pendapatan global terutama di negara-negara berkembang, yang membuat semua negara tersebut menjadi pengekspor utama kopi. Begitu juga dalam memasok pertumbuhan permintaan kopi dan mempertahankan harga relatif dari waktu ke waktu, ekspansi produksi baik dari daerah diperluas atau meningkatkan hasil panen menjadi semakin penting.
Penyebaran Kopi
Penyebaran pertumbuhan kopi secara global dimulai dari ujung Afrika. Menurut data dari the International Coffee Organization (ICO), 2010, pohon kopi berasal dari Provinsi Kaffa di Ethiopia. Kopi kemudian dibudidayakan di Yaman pada abad ke-15—dan dalam beberapa catatan ICO jauh sebelum abad ke-15. Orang Arab melarang ekspor biji kopi subur untuk mencegah budidaya di tempat lain. Pembatasan ini kemudian dielakkan Belanda tahun 1616 yang membawa tanaman kopi hidup kembali ke Belanda untuk ditanam di rumah kaca.
Pihak berwenang Yaman awalnya aktif mendorong minum kopi. Kedai kopi pertama atau dikenal dengan istilah kanes kaveh dibuka di Mekkah dan cepat menyebar ke seluruh dunia Arab. Awalnya tempat ini berkembang sebagai tempat di mana permainan catur dimainkan, gosip dipertukarkan dan tempat bernyanyi, menari dan musik dinikmati. Seiring waktu, tempat itupun berubah menjadi tempat kehidupan sosial dan bisnis bergulir.
Di lingkungan tersebut suasana sangat nyaman dan harga secangkir kopi sangat murah. Kedai kopi Arab berubah menjadi pusat kegiatan politik dan penekanan. Selama beberapa dekade berikutnya kopi dan kedai kopi dilarang diperdagangkan dan berkali-kali muncul tekanan terhadap bisnis ini hingga akhirnya muncul kembali. Akibatnya, pemerintah setempat menerapkan pajak untuk keduanya yaitu kopi dan kedai kopi.
Pada akhir 1600-an Belanda menanam kopi di Malabar, India. Dan pada 1699 mengambil beberapa tanaman kopi dari Batavia di Pulau Jawa, Indonesia. Dalam beberapa tahun koloni Belanda menjadi pemasok utama kopi ke Eropa, yang kopi pertama kalinya dibawa oleh pedagang Venesia pada 1615. Namun, Belanda baru bisa membawa kopi ke negaranya pertama kali dari Suriname pada 1718.
Hampir bersamaan dengan penyebaran kopi, dua minuman panas lain secara global muncul di Eropa. Cokelat panas yang dibawa Spanyol dari Amerika pada 1528 dan teh yang pertama kali dijual di Eropa tahun 1610.
Kedai kopi Eropa pertama kali dibuka di Venice tahun 1683, dengan tempat paling terkenal, Caffe Florian di Piazza San Marco yang dibuka pada 1720. Kopi kemudian makin jadi bahan perbincangan dan bisnis dunia.
Pasar asuransi terbesar di dunia, Lloyd of London, mulai hidup sebagai sebuah kedai kopi. Itu dimulai pada 1688 oleh Edward Lloyd, yang menyediakan daftar kapal-kapal yang pelanggannya telah diasuransikan dan akan singgah ke tempat tersebut.
Di dunia publikasi, dalam referensi sastra, kopi pertama kali diminum di Amerika Utara adalah dari tahun 1668. Setelah itu rumah-rumah kopi (coffee house) didirikan di New York, Philadelphia, Boston dan kota-kota lainnya. The Boston Tea Party Of 1773 direncanakan di sebuah rumah kopi, Green Dragon. Bursa Efek New York dan Bank of New York dimulai pada sebuah kedai kopi yang sekarang dikenal sebagai Wall Street.
Pada 1720 seorang perwira angkatan laut Perancis bernama Gabriel Mathieu de Clieu ketika cuti sementara dari jabatannya di Martinique, Paris, mendapat hadiah sebatang pohon kopi dalam perjalanan pulang. Ia lantas meletakkannya dalam sebuah kaca. Tujuannya memberi pengamanan khusus agar tetap hangat dan mencegah kerusakan dari air garam dalam perjalanan.
Kapal yang ditumpangi Gabriel Mathiew terancam oleh pembajak laut Tunisia, sebagaimana dicatat dalam jurnal de Clieu. Badai besar mengancam sehingga tanaman harus diikat. Seorang rekan petugas cemburu dan berusaha menyabotase tanaman kopi tersebut sehingga cabangnya robek. Ketika kapal itu terhenti dan penumpang kapal diberikan minuman, perwira tersebut memastikan kelangsungan hidup tanaman dengan memberi sebagian besar air. Akhirnya, kapal tiba di Martinique dan pohon kopi ditanam kembali di Preebear. Pohon tersebut tumbuh dan berkembang hingga panen pertama kali pada tahun 1726. Pada tahun 1777, kopi tersebut panen kembali dan pada saat itu di daerah Martinique sudah tumbuh 19 juta pohon kopi. Hal tersebut membuktikan kopi bisa ditanam di daerah baru dan di dunia baru []