Beranda / Dialog / Pilgub Aceh 2024 Minus Manuver Politik

Pilgub Aceh 2024 Minus Manuver Politik

Senin, 22 Juli 2024 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Risman Rachman, pemerhati politik dan pemerintahan. [Foto: Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Dialog - Bulan purnama semalam belum sepenuhnya sirna dari pagi. Masih ada hawa sejuk saat Tim Dialeksis bertemu dengan Risman Rachman, pemerhati politik dan pemerintahan yang cukup produktif menyampaikan hasil amatannya diberbagai kesempatan. 

Segelas kopi dan sepiring kue terlihat menemani sosok yang pernah malang melintang di dunia aktivis di masa konflik Aceh. Ayah dari dua anak itu juga aktif di dunia jurnalistik dan penulisan.

Di masa konflik, sebuah ulasan yang pernah dipublikasi oleh tabloid Kontras, membuktikan bahwa mantan Deputi Walhi Aceh dan Direktur Koalisi NGO HAM itu mampu membaca gerak dinamika politik Aceh dari konflik ke damai plus hadirnya partai politik yang kini disebut partai lokal.

Wawancara Eksklusif

Jadwal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) terus bergerak menuju tahapan pentingnya, yaitu pendaftaran pasangan calon tanggal 27-29 Agustus 2024 dan penetapan pasangan calon tanggal 22 September 2024. 

Sejauh ini, tidak ada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh dari jalur perseorangan. Sama, untuk yang menggunakan kendaraan partai politik juga belum ada. 

Sampai wawancara eksklusif ini diturunkan baru terdengar beberapa orang yang siap dicalonkan sebagai calon gubernur atau calon wakil gubernur. Secara resmi, baru Partai Aceh yang sudah final menetapkan Muzakir Manaf sebagai calon gubernur Aceh. 

Terkini, beredar kabar jika ada partai yang memasukkan nama Bustami Hamzah sebagai bakal calon gubernur Aceh untuk berkompetisi di Pilkada 2024. Kabar ini makin santer karena ada aksi dilapangan yang mendukung Pj Gubernur Aceh itu menjadi bakal calon gubernur Aceh. 

Bakal calon gubernur Aceh lainnya yang beredar, diantaranya ada nama Sudirman alias Haji Uma, ada Haji Ruslan Daud, dan ada Nasir Djamil. 

Pilgub 2024 ini tidak menarik karena minus manuver politik,” kata pemerhati politik dan pemerintahan, Risman Rachman. 

Berikut wawancara eksklusif Tim Khusus Dialeksis dengan jurnalis, penulis, yang kini aktif menjadi pemerhati politik dan pemerintahan Aceh, Senin (22/7/2024) pagi. 

Komentar singkat Anda terhadap Pilgub Aceh di 2024 ini?

“Kurang menarik, minus manuver politik.”

Bisa dijelaskan lebih jauh?

“Pilgub Aceh itu uniquely. Itu kalau bercermin dari Pilgub sejak 2006 ya. Penuh manuver, jadi sulit diprediksi, membuat semua pihak tertantang dan masing-masing mengerahkan siasat terbaiknya.” 

Apa buktinya?

“Lihat saja jalur perseorangan. Dibanding Pilgub Aceh sebelumnya, sekarang sepi peminatnya. Ada yang berminat tapi tidak mampu menembus syaratnya.” 

Apa hubungannya?

“Bagi Aceh, jalur independen atau perseorangan itu bukan sekedar jalur politik biasa. Itu jalur yang memperkaya bobot demokrasi Indonesia. Ini jelas karya politik yang berasal dari Aceh. Itu artinya, Aceh telah membuka lebih banyak pintu partisipasi politik warga negara, bukan hanya sebatas melalui partai politik. Sayangnya, saat ini justru tidak hadir calon gubernur Aceh dari jalur perseorangan.” 

Kalau dari partai politik sendiri?

“Bagi Partai Aceh, yang cukup syarat, ini pertarungan terakhir bagi Muzakir Manaf. Bagi Haji Uma, Haji Ruslan Daud dan Nasir Djamil ini ajang pembuktian keberanian. Berani tidak mereka mundur dan bertarung di Pilgub 2024 ini.” 

Bagaimana dengan Bustami Hamzah?

“Banyak momen memang sedang memihak kepada beliau. Dari Sekda Aceh, lalu ditugaskan sebagai Pj Gubernur Aceh. Tinggal lagi, apakah momen ini mau dikapitalisasi menjadi momentum? Kalau mau, inilah saatnya.” 

Tapi kan sudah banyak gerakan yang mendukung beliau naik, dan itu terlihat dari berbagai alat peraga yang dipasang di sejumlah daerah. Apa ini tidak bisa disebut manuver?

“Bagi Aceh disebut manuver itu jika ada karakter meuagam alias gentlement. Harus berani mengumumkan diri mencalonkan diri. Contoh karakter meuagam itu sosok Irwandi Yusuf pada Pilkada 2017.“

Sebagai Pj Gubernur Aceh kan Bustami Hamzah harus mundur? Tapi, kenapa belum ada kabar terang soal ini?

“Ketentuannya memang begitu. Merujuk Pasal 119 dan 123 UU ASN pengunduran diri dilakukan sejak mendaftar sebagai calon. Sedangkan merujuk putusan Mahkamah Konstitusi mundur dilakukan sejak ditetapkan sebagai calon. Itu untuk pejabat eselon dan PNS ya.” 

Tapi kan ada edaran Mendagri?

“Benar, Mendagri sendiri menerbitkan edaran nomor 100.2.1.3/2314/SJ bertanggal 16 Mei 2024 sebagai rujukan bagi Pj Kepala Daerah unruk mengajukan surat pengunduran diri. Itu tengat waktunya tanggal 17 - 18 Juli 2024 sudah harus menyampaikan surat permohonan mengundurkan diri.” 

Apa hanya disampaikan saja ke Mendagri atau perlu juga tembusannya disampaikan juha ke DPR Aceh?

“Kalau saya simak di daerah lain, mestinya juga ditembuskan ke DPR Aceh. Logikanya kan DPR Aceh juga bakal diminta usulannya oleh Kemendagri. Jadi harus melirik calon penganti Pj gubernur jika memang Bustami mencalonkan diri.” 

Menurut Anda apakah Bustami sudah menyampaikan surat permohonan mundur?

“Saya menduga sudah. Surat permohonan itu sudah disampaikan pada waktunya yaitu 17-18 Juli 2024. Hanya tidak dibocorkan ke publik. Meski tidak salah, tapi sebagai calon yang bakal dinilai oleh publik, otomatis akan mengurangi nilai gentlementnya, juga bisa dinilai kurang terbuka kepada publik dalam berpolitik.” 

Memangnya ada sanksi jika tidak patuh pada edaran Mendagri, itukan sebatas imbauan?

“Saya pernah baca berita Tempo bertanggal 21 Juni 2024. Tito Karnavian selaku Menteri Dalam Negeri mengancam bakal memecat penjabat kepala daerah yang belum mengajukan pengunduran diri.” 

Apa persisnya yang dikatakan Mendagri?

“Mengutip Tempo ya. Tito mengatakan tedapat dua opsi. Pertama, mengundurkan diri secara terhormat yakni mengajukan surat pengunduran diri 40 hari sebelum pendaftaran. Kedua, jika Pj kepala daerah tidak mengundurkan diri sampai batas waktu yang ditentukan tapi mengikuti Pilkada, maka akan diberhentikan oleh Mendagri.”

Pertanyaannya, apa berani Mendagri memecat Pj Gubernur Aceh sekiranya tidak mundur?

“Susah menduga ya. Soalnya, omongan Pusat sekarang tidak bisa dipegang, apalagi terkait politik.” 

Apa yang harus dilakukan oleh DPR Aceh agar terang posisi Bustami?

“Sayangnya DPRA tidak terbiasa dengan memperterang keadaan. Justru yang dilakukan dengan menuduh mengkhianati. Ini justru menguntungkan Bustami. Lihat aja Prabowo, yang makin diserang malah makin menaikkan elektabilitasnya.” 

Apa mungkin Bustami Hamzah disiapkan oleh Pusat?

“Dalam politik Pusat sekarang-sekarang ini, bisa jadi. Tapi, belajar dari yang sudah-sudah. Calon yang diasosiasikan dengan Pusat justru kalah di Aceh.” 

Siapa calon kuat di Pilgub Aceh?

“Merujuk Pilgub sebelumnya jelas Muzakir Manaf. Pada Pilgub 2012, meski beliau calon wakil gubernur tampil sebagai pemenang dengan suara yang cukup banyak. Pada Pilgub 2017, meski kalah tapi selisih suaranya tidak terlalu jauh.” 

Apa Bustami Hamzah akan jadi lawan tangguh bagi Mualem?

“Sejauh ini belum menunjukkan bakal jadi lawan tanding yang cukup kuat ya. Hasil survey SMRC, lawan kuat Mualem bila Haji Uma dicalonkan oleh partai nasional jadi calon Gubernur Aceh. Kecuali jika Haji Uma disandingkan dengan Bustami Hamzah.” 

Bukankah aksi-aksi mendukung Bustami sudah lumayan massif? Ini kan tanda beliau cukup kuat? 

“Di Aceh, sudah biasa jika ada banyak pihak yang bersedia menunjukkan dukungannya jika ada pejabat yang mau mencalonkan diri. Sama seperti Irwandi dan Muhyan pada Pilgub 2012. Tapi, begitu tidak lagi menjabat, maka usai sudah dukungan, kecuali didukung oleh logistik yang luar biasa. Tapi, ingat, penikmat uang politik berbeda dengan mereka yang fanatik dalam politik. Yang terakhir ini masih cukup berlimpah di Partai Aceh, meski tidak sebanyak di masa awal-awal dulu.” 

Mengapa harus uang? Ini kan bertentangan dengan semangat demokrasi kita?

“Lihat aja Pemilu legislatif kemarin. Begitu juga dengan survei yang dilakukan oleh SMRC, yang mengatakan akan memberi dukungan kepada siapa yang memberi uang atau hadiah. Dan ini tantangan lebih lanjut bagi Aceh yang digelar Serambi Mekkah.” 

Tak terasa siang sudah menjelang. Suara pengajian terdengar dari corong masjid pertanda akan segera tiba waktu dhuhur. 

“Kita sudahi saja ya, nanti malah melebar kemana-mana. Meski masih ada informasi kunci yang hendak saya sampaikan. Tapi, kita cukupkan dulu,” tutup Risman dan wawancara eksklusifpun berakhir. [red]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI