Prof Firman Noor Bicara Peluang Eksis Partai Baru, Simak Ulasannya!
Font: Ukuran: - +
Reporter : Biyu
[Foto: doc firmannoor.com]
Khasanah politik Indonesia penuh nuansa serta dinamika yang dinamis. Salah satunya terlihat maraknya kemunculan partai politik baru meramaikan perpolitikan di Indonesia. Mulai dari keunikan, platform partai berbeda, hingga mengusung ciri khas tersendiri. Disinilah menarik dialeksis.com (3/05/2021) mendalami melalui wawancara eksklusif Bersama Prof. Dr. Firman Noor, S.IP., M.A, Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Berikut ini petikan wawancaranya:
Mulai maraknya muncul partai baru yakni Partai Umat dan Partai Gelora, bagaimana peluang kedepannya, apakah mampu bersaing dan eksis?
Mengetahui perkembangannya cukup melihat keseriusan dan kerja keras mereka dalam memastikan lolos dan mampu eksis di parlemen nantinya. Kalau berbicara prospek saya pikir satu persoalan mereka yang mendasar adalah bagaimana untuk meluaskan dia punya konstituen dan ceruk, karena Gelora adalah pecahan dari partai asal sebelumnya yakni PKS, sementara Partai Umat itu konsistuenya pasti akan berebutan dengan PAN.
Sampai hari ini saya belum melihat adanya satu indikasi, bahwa mereka punya kemampuan extra ordinary untuk keluar dari ceruk partai asal (induk) mereka. Dari spirit yang di angkat hasil penilaian publik Partai Umat lebih eksklusif ketimbang PAN. Persoalannya apakah eksklusivisme, apapun niat baik di dalamnya itu secara kontestasi di level nasional dalam konteks politik Indonesia mampu bertahan. Ini jadi PR besar dari sosok Amin Rais memastikan partainya mampu unjung gigi. Faktanya keberadaan sosok Pak Amin sendiri di level PAN saja tidak bisa menjadi tokoh yang mempersatukan PAN, bagaimana di luar PAN. Ini jadi tantang besar secara personal diri Amin Rais untuk membukti, bahwa salah penilaian public terhadap dirinya.
Bagaimana dengan Partai Gelora?
Partai Gelora mencoba untuk keluar dari mainstream ke islaman dengan menunjukkan ekstensi nasionalis. Namun kalau dilihat sekali lagi figur-figur yang ada seperti Anis Matta dan Fahri Hamzah itu tidak terlalu banyak menarik perhatian kalangan diluar. Artinya apakah kalangan yang selama ini mendukung partai-partai nasionalis sekuler itu menjadikan Anis Matta dan Fahri Hamzah sebagai referensi berpolitik banyak orang? saya kira tidak. Artinya saya tidak terlalu yakin mereka bisa menyentuh kalangan yang selama ini di barisan nasional. Mereka kalau kemudian coba menjalankan partainya nasionalis berbasis islam. Sekali mereka mencoba kesana apakah mampu konsisten, karena menjadi problematiknya, bahwa mereka merupakan irisan antara islam yang nasionalis, bukan nasionalis yang islam ini masih menjadi tantangan bagi mereka.
Apakah hal terpenting perlu dilakukan partai-partai baru agar mampu eksis dan berhasil mewarnai kekuasaan di legislative maupun eksekutif?
Kalau belajar dari partai-partai yang nyaris masuk dan lolos parlemen threshold. Keberadaan mereka harus melakukan kombinasi antara tema yang memang unik didalam konteks Indonesia kekinian. Kemudian menggalang dukungan konsistuennya di akar rumput harus memenuhi basis yang milenial serta modal yang besar tidak hanya cukup saja. Contoh partai yang modal finansial yang besar Perindo saja tidak lolos, karena tidak di fokuskan menggarap konsistuen di akar rumput. Sehingga modal finansial akan hilang tanpa arti yang jelas, lalu orang akan bilang apa bedanya dengan partai baru lainnya. Saya kira PSI cukup menarik terutama untuk kalangan di luar Indonesia karena dia membawa sesuatu yang unik.
Apa keunikannya dari PSI ?
PSI sangat liberal sehinggal di negara-negara macam Amerika dan Australia sangat menarik, Indonesia dalam konteks liberal. Sementara kalau kita lihat partainya Pak Amin malah justru mengalami konservatisme. Gelora juga ceruknya terbatas. Artinya tanpa satu tagline yang luar biasa dan cerdas ini sangat sulit menarik perhatian orang. Jadi selain permodalan, dia harus mempunyai karakteristik yang unik realistis dalam konteks tiga tahun atau empat tahun kedepan. Misalnya dulu PKS punya tagline "bersih dan peduli" mereka harus mencari itu.
Kebanyakan partai harus hati-hati karena masih banyak yang mengandalkan orang tua mereka seolah-olah mempunyai basis konsistuen yang besar, padahal stagnansi. Sedangkan untuk Partai Umnat dipimpin dari kalangan muda ini bisa mensasar kalangan muda (milenial), namun disayangkan masih punya embel-embel keluarga Pak Amin. Kita bicara tentang ceruk yang potensial dan milenial harus di optimalkan oleh semua partai.
Bukannya milenial itu basis pemilih paling besar, karena bonus demografi Indonesia hari ini?
Sayangnya beberapa partai dan juga calon para partai tidak mensasar serius untuk digarap kalangan milenial atau pemuda yang jelas-jelas populasinya besar sekali di Indonesia, karena bonus demografi kita. Karena lalai dan tidak serius maka partai baru muncul tidak eksis, seperti Perindo uang banyak namun penguasaan milenial dan masyarakat bawah mereka jadi gagal, walau uang mereka besar sekali.
Jika dibandingkan Partai Umat, Gelora, Perindo, PSI mana yang mempunyai basis akar rumput yang kuat?
Menurut pengamat saya, Partai Umat cukup menggoyang dibeberapa daerah karena Pak Amin Rais ini punya pendukung fanatik terutuma dari kalangan Muhammadiyah dan Islam mordenis. Kalau Gelora ini barisannya tarbiyah, tapi kalau dilihat dari ketahanan loyalitas PKS sedikit terguncang. Artinya ini kerja keras buat Anis Matta.
PSI adanya diluar orang-orang diaspora yang memang terbiasa hidup dalam sistem liberal di negara negara barat, sementara di indonesia jelas di tentang kalangan nasionalis dan juga kalangan islam karena ide-idenya menentang. Misalnya dia sempat bersinggungan dengan PDIP dan juga sempat bersinggungan dengan partai-partai Islam. Padahal nasionalisme dan Islam itu karekteristik politik kita.
Siapa partai baru yang mempunyai kekuatan modal kuat dan konsistuen yang kuat?
Sebetulnya PSI mempunyai modal yang lumayan. Saya belum mengetahui persis dan juga tidak bisa mengambil estimasi kekuatan financial mereka, tapi kalau dikomparasi secara kasat mata mungkin Perindo. Saya tidak tahu networking Anis Matta sampai ke timur tengah Turki secara personal yang diketahui, tapi apakah itu signifikan juga untuk membangun Gelora. Bisa jadi akan dimanfaatkan. Pasti mereka berhitung kekuatan financial juga sebelum mendirikan partai Gelora. Kalau Pak Amin saya kira simpatisan-simpatisan pengusaha Muhammadiyah yang dekat dengan Pak Amin itu menjadi salah satu sumber kekuatan partai Umat dari sisi financial.
Sejauhmana pengaruh keberadaan partai baru mampu mempengaruhi dan mewarnai perpolitikan di Indonesia, sehingga memberikan alternatif bagi pemilih di Indonesia?
Alternatif tentu ada, artinya tentu saja tidak semua kalangan terpuaskan dengan sembilan partai yang ada ini. Masalahnya adalah apakah mereka itu signifikan di dalam memperbaiki situasi politik kita. Terpenting menurut saya menilai dan mencermati kondisi politik Indonesia sangat tidak baik dibatasi partai pada jumlah tertentu. Terlihat sekali 9 partai yang berkuasa di Indonesia saja membangun sikap oligarki dan hegemoni dalam mempertahankan kekuasaan tanpa memberikan ruang bagi partai lain masuk mewarnai. Ini tidak sehat, sempat juga keinginan 9 partai untuk memperbesar parlemen threshold. Tujuannya jelas membatasi partai baru masuk mewarnai di lingkaran kekuasaan baik di eksekutif maupun legislatif. Mereka berpikir ya cukup 9 partai saja yang menguasai negara ini.
Saran kepada partai dan pemilih?
Saya menyarankan untuk partai agar terus memodernisasikan partai dan serius membuka demokrasi internalnya, kaderisasi dan ideologisasinya. Hal terpenting ingin saya sampaikan juga carilah uang yang sehat sehingga tidak bergantung dengan oligarki dan terjebak korupsi. Kemudian jadilah penyambung aspirasi rakyat dan binalah Indonesia ini menjadi negara yang hebat dengan semangat negarawan.
Untuk pemilih, pilihlah yang cerdas tidak oportunis dan berfikir untuk kedepan. Fanatisme yang harus dikembangkan adalah salah satu fanatisme nasional untuk kepentingan bangsa, tidak saja pada hari ini tapi untuk generasi mendatang, kalau pilihannya itu adalah menang sekarang tapi rusak kedepan lebih baik tidak memilih itu.