Resesi Ekonomi, Siapkah Kita ?
Font: Ukuran: - +
Fakhruddin, S.E., M.S.E (Kaprodi Ekonomi Pembangunan FEB Unsyiah)
Dampak pandemi Covid-19 bagi perekonomian dunia terlihat begitu nyata di depan mata, termasuk Indonesia. Indonesia hanya punya waktu kurang dari 1-3 bulan untuk membuktikan ekonominya terbebas dari resesi di masa pandemic Covid-19. Sebab jika di kuartal III-2020 ini ekonomi RI kembali minus maka sudah dipastikan Indonesia terjun di jurang resesi.
Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal II 2020 terkontraksi atau minus hingga 5,32 persen. Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen.
Lalu jika ekonomi Indonesia benar jatuh resesi, pertanyaan mendasarnya adalah Siapkah kita menghadapinya?
Menjawab pertanyaan itu, dialeksis.com menggali pemikiran Fakhruddin, S.E., M.S.E. Saat ini dirinya dipercaya menjabat sebagai Kaprodi Ekonomi Pembangunan FEB Unsyiah. Ingin mengetahui pemikiran pakar ekonomi Universitas Syiah Kuala itu, Simak ulasannya dibawah ini..
Berbicara Ekonomi Indonesia, Bagaimana menurut Anda ?
Perbincangan mengenai kondisi perekonomian Indonesia yang terus memburuk mengemuka sejak covid19 mewabah di Indonesia. Jika sebelum periode tersebut perdebatan ekonomi diwarnai oleh perbedaan pendapat antara pemerintah dan oposan dalam memandang kondisi perekonomian. Pihak pemerintah dengan lantang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Sebaliknya oposan memandang pemerintah gagal membangun perekonomian. Namun dengan intonasi yang penyampaian yang sedikit berbeda, saat ini kedua pihak (sepertinya) sepakat bahwa perekonomian memburuk dan menuju resesi.
Jika terjebak polemik pro dan kontra resesi ekonomi Indonesia, seharusnya sikap kita bagaimana ?
Mari melepaskan diri dari perdebatan yang menurut hemat saya tidak lagi perlu dibesar-besarkan. Saat ini yang harus dilakukan adalah bersiap menghadapi resesi dan berusaha segera keluar dari resesi.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Pemerintah di setiap level saat ini berjuang menanggulangi penyebaran virus corona walau kita tahu hingga saat ini jumlah orang yang terjangkit corona terus bertambah. Selain fokus pada penanggulangan covid19, Pemerintah pusat saat ini juga disibukkan dengan penyaluran berbagai jenis program penanggulangan dampak corona terhadap perekonomian.
Kalau kondisi ditingkatan daerah bagaimana ?
Sementara pemerintah daerah disibukkan dengan perkembangan kondisi masing-masing, yang tekadang tidak berkorelasi langsung dengan penanganan covid19.
Misalkan?
Pemerintah Aceh dan DPRA misalnya, hingga saat ini masih berkutat dengan proses LPJ 2019 lalu, sayangnya sepertinya jalur yang ditempuh kedua pihak kurang produktif. Disisi lain Pemerintah Aceh malah juga sedang disibukkan dengan persiapan kampanye pemakaian masker 4 september 2020 diharapkan kampanye ini dapat berjalan dengan baik dan tidak catatan tidak mengumpulkan massa dalam jumlah besar yang justru berpotensi menjadi cluster baru penyebaran covid19.
Kembali lagi mengulas, apa dampak jika tidak serius ditangani resesi ekonomi ?
Saya fikir semua pihak harus sepakat bahwa resesi ekonomi yang tidak ditangani dengan baik dapat membawa perekonomian depresi ekonomi, dan apapun pendekatan yang digunakan haruslah meletakan penanganan covid-19 dan sektor kesehatan sebagai fokus utama. Mengerakkan roda ekonomi harus berdasarkan pada daya tahan dan daya dukung sektor kesehatan. Sejauh mana kita dapat berjalan ditentukan oleh sekuat apa sektor kesehatan bertahan, oleh sebab itu, distribusi beban sektor kesehatan harus diatur sedemikian hingga tidak melewati batas kemampuan mereka, oleh sebab itu menjadi keharusan untuk mendengar dan mengintegrasikan pandangan dari sektor kesehatan kedalam dasar kebijakan negara saat ini.
Bisa jelaskan sedikit kondisi resesi ekonomi global, tadi kurang dibahas?
Indonesia sedikit beruntung dibanding beberapa negara lain yang sudah lebih dahulu mengalami resesi yang dalam. Beberapa negara yang mengalami resesi adalah negara yang memiliki ketergantungan pada supply chain perdagangan internasional. Jepang, Singapura, Australia dan tetangga dekat kita Malaysia sudah lebih dulu mengalami resesi.
Prediksi kapan Indonesia mengalami resesi ekonomi ?
Apakah Indonesia akan mengalami resesi masih menunggu perkembangan perekonomian pada kuartal 3, walau deflasi 2 bulan berturut-turut sudah menjadi sinyal bahwa resesi akan segera tiba. Deflasi memang tidak serta dapat diartikan sebagai pertanda kuat akan munculnya resesi. Deflasi 2 bulan terakhir mencerminkan penurunan daya beli masyarakat.
Kabar baiknya ?
Jika kita melihat perekonomian Indonesia pada kuartal 2 lalu, dimana sektor konsumsi rumah tangga menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif sementara sektor lainnya mengalami kontraksi maka penurunan daya beli dapat menyeret Indonesia kedalam resesi. Untuk mengatasi atau setidaknya pengurangi dampak negatif maka pemerintah harus lebih sigap dalam menjaga daya beli masyarakat. Memang saat ini pemerintah sedang melakukan pemulihan ekonomi nasional dengan bentuk penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat. Tentunya kita berharap program tersebut dapat mendorong perekonomian tumbuh kembali, program bansos diharapkan dapat menyasar kelompok masyarakat kecil dan masyarakat terdampak dengan tepat dan langkah-langkah lainnya juga dharapkan dapat mengurangi beban masyarakat akibat corona.
Tapi, Virus Corona sendiri membuat terbatas ruang gerak pelaku ekonomi ?
Benar. Virus Corona juga menyebabkan semakin terbatasnya ruang gerak pelaku ekonomi, terutama pada kegiatan usaha kecil yang umumnya mengandalkan transaksi tatap muka. Tidak bisa ditunda lagi, pemanfaatan teknologi digital pada UMKM harus digalakkan dan digencarkan, kementerian dan SKPD terkait harus bekerja lebih keras agar semakin banyak pelaku UMKM Indonesia dapat masuk ke dunia digital.
Ada Hal lain lagi masalah akibat virus corona ini ?
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah masih adanya kelompok masyarakat yang termarginal seperti rumah tangga miskin yang dikepalai oleh perempuan. umumnya kelompok ini merupakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan, tidak menguasai faktor-faktor produksi dan, tidak memiliki akses pada pengambilan kebijakan publik sehingga keberadaannya sering “tidak terlihat” oleh pihak lain. Berbagai program bantuan sosial pun tidak ada yang secara spesifik menyasar kelompok ini, sehingga dengan segala keterbatasan yang mereka miliki maka dalam proses perbaikan ekonomi kelompok ini cenderung tercecer dan terlupakan. Jadi seberapa besar kita siap menghadapi resesi ditentukan oleh seberapa siap dalam menjaga daya beli dan konsumsi rumah tangga.