Toke Makmur: Saatnya Sejahterakan Rakyat dengan Ekonomi Digital
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM - Perekonomian bagai nutrisi untuk menjalankan berbagai sektor kehidupan lainnya bagi manusia. Namun Aceh di ujung barat Indonesia, belum bisa sepenuhnya mandiri untuk memiliki kualitas perekonomian yang memadai.
Makmur Budiman, melihat Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Aceh dapat mengambil peran dalam memajukan ekonomi Aceh.
Pria akrab disapa Toke Makmur ini dikenal sebagai pengusaha sawit dan konstruksi yang berhasil. Ia menjabat Direktur Utama PT Makmur Inti Sawita, juga pemilik PT Tenaga Inti. Selain itu, dia juga Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Aceh Besar dan Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Banda Aceh.
Menjelang Musyawarah Provinsi (Musprov) VI Kadin Aceh pada 18-20 Juni 2019 di Banda Aceh mendatang, Makmur pun maju sebagai bakal calon (balon) Ketua Kadin Aceh.
Apa motivasinya? Berikut wawancara Dialeksis.com dengan Makmur Budiman pada Rabu (12/6/2019) lalu, sehari setelah dia mendaftar sebagai balon Kadin Aceh.
Apa yang membuat Pak Makmur Budiman berpartisipasi dalam pemilihan calon Ketua Kadin Aceh?
Pertama, ini saatnya kita sumbangkan tenaga dan pikiran untuk membangun Aceh. Kedua, saya melihat visi dan misi Pak Gubernur Aceh juga mengarahkan ekonomi Aceh untuk mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM).
Ketiga, saya pikir Kadin saat ini berbeda dengan Kadin sebelumnya. Artinya, fungsi dan peran Kadin sesuai dengan amanah undang-undang, sebagai induk organisasi, lokomotif ekonomi, motivator, fasilitator, advokasi, nampaknya semua itu kita ingin bersama-sama berkolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi, dalam rangka mendukung semua ketentuan-ketentuan yang ada di Kadin.
Harapan apa yang Bapak canangkan terkait pandangan publik saat ini Kadin Aceh terlihat mati suri pada periode terakhir?
Harapan yang paling utama, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh melalui beberapa strategi. Salah satunya mengatasi defisit perdagangan antara Aceh dan Medan (Sumut).
Kedua, kita coba membuat industrialisasi di Aceh walaupun dalam skala UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan IKM (Industri Kecil Menengah) di Aceh.
Ketiga, kita membuat motivator-motivator baru.
Motivator baru maksudnya pengusaha muda?
Ya kita akan mencetak pengusaha-pengusaha muda baru dalam rangka menyahuti bisnis offline ke online, juga dalam rangka menghasilkan kreativitas starup digital itu. Terus kita coba mengubah mindset, dalam arti masyarakat Aceh sekarang harus kreatif.
Karena kalau saya lihat sekarang, kan, masyarakat Aceh saat ini ada dua model. Satu penunggu, satu kreatif.
Jadi porsi masyarakat Aceh kita sekarang, yang kreatifnya 1 persen, 99 persen itu penunggu. Jadi kita juga mau mengubah pola hidup kita tidak boleh ditentukan oleh orang lain, begitu juga waktu kita jangan ditentukan oleh orang lain tapi harus kita yang tentukan.
Kita melihat Kadin Aceh sebelumnya sarat masalah. Apa program jangka pendek yang menjadi prioritas jika Bapak dipercayakan oleh pengusaha-pengusaha Aceh untuk memimpin Kadin Aceh ke depan?
Program jangka pendek saya berpikir kita akan melakukan edukasi dan menyelenggarakan program training center karena itu juga hal pokok.
Kita akan adakan training center di seluruh tingkat II dalam rangka mencetak entrepreneur baru di Aceh. Dengan adanya edukasi vokasional dan training center, nantinya akan ada gerakan bisnis offline ke online (digital_red). Itu yang pokok.
Kemudian untuk mengubah mindset, kita akan ada program semacam motivator (motivasi bisnis_red) dimana setiap bulannya akan kita turunkan sekitar 50 orang pebisnis Aceh ke tingkat II bekerjasama dengan pemerintah, akademisi, perbankan, dan swasta.
Untuk jangka panjangnya, saya pikir, kita perlu mendorong munculnya Industri Kecil Menengah (IKM) di Aceh walaupun skala lokal.
Menurut Bapak, apa masalah utama yang perlu dibenahi di Kadin Aceh?
Pertama, kita akan membenahi struktur organisasi di Kadin Aceh. Artinya kita akan menempatkan generasi-generasi muda yang memiliki visi kedepan dalam memajukan ekonomi Aceh. Kedua, mengadakan training center dan yang ketiga, ya.. menumbuhkan bisnis startup lah.
Bagaimana pandangan Bapak dengan ketentuan biaya 1 M prasyarat maju sebagai Ketua Kadin Aceh?
Saya pikir dengan kondisi stagnasi Kadin Aceh yang selama ini tidak bergerak, jadi kan disamping untuk melaksanakan Musprov, juga butuh biaya-biaya lain dalam hal operasional. Saya pikir sangat wajar dengan angka segitu. Dan hal seperti itu juga selama ini dilaksanakan oleh organisasi lain seperti HIPMI.
Kadin sendiri sekarang ini juga kan induk organisasi dari asosiasi lainnya.
Itu dana untuk keperluan internal, bukan untuk aneh-aneh ya, Pak?
Iya tentu saja ini bukan dana untuk hal aneh-aneh. Untuk Musprov sendiri saya pikir butuh biaya besar. Banyak hal harus disiapkan untuk Musprov.(PD)