DIALEKSIS.COM | Afganistan - Sejak Taliban disingkirkan dari kekuasaan dengan invasi AS ke Afghanistan pada tahun 2001, kelompok-kelompok pejuang bersenjata masih menguasai bagian-bagian tertentu negara itu.

Menurut laporan Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), per 31 Januari 2018, sekitar 229 distrik berada di bawah kendali pemerintah Afghanistan, yakni sekitar 56,3 persen dari total distrik Afghanistan.

Lima puluh sembilan distrik, sekitar 14,5 persen, berada di bawah kontrol pejuang.

Sisa 119 distrik, sekitar 29,2 persen, diperebutkan - dikendalikan oleh pemerintah Afghanistan maupun pejuang.

Pada Februari 2018, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengundang Taliban ke meja perdamaian dengan "tanpa syarat", menawarkan untuk mengakui rezim sebagai kekuatan politik yang sah dari negara. Namun Taliban mengesampingkan pembicaraan dengan pemerintah Kabul dan menawarkan pembicaraan dengan para pejabat AS sebagai alternatifnya.

Pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan semakin intensif sejak kelompok bersenjata itu mengumumkan serangan musim semi tahunannya pada bulan April.

Kekerasan telah menyebar ke seluruh Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir dengan pertempuran sengit yang terjadi di provinsi Badakhshan, Baghlan dan Faryab di utara ke Farah di barat.

Pada bulan Mei, Taliban mengatakan tidak akan menargetkan personil polisi dan militer Afghanistan jika mereka meninggalkan pos mereka.

Taliban mengatakan "secara tegas menolak" pernyataan yang dibuat oleh komandan pasukan koalisi AS di Afghanistan tentang dialog "di luar panggung" yang terjadi antara para pejabat Afghanistan dan kelompok bersenjata.

Menjelang pemilihan parlemen bulan Oktober, 10 kandidat terbunuh selama kampanye. Al Jazeera dan Kantor Berita