Akibat Virus Corona 200 Ribu Jiwa Tewas Seluruh Dunia
Font: Ukuran: - +
Virus corona telah menewaskan lebih dari 200 ribu korban di seluruh dunia hingga Minggu (26/4/2020). (Foto: AP)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kematian karena virus corona di seluruh dunia kian merangkak dari hari ke hari. John Hopkins University mencatat, per Minggu (26/4/2020), angka kematian telah menembus 202,88 ribu jiwa dengan total kasus mencapai 2,9 juta kasus dan 817 ribu orang yang sembuh.
Kondisi itu membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan kalau setiap orang yang telah sembuh dari infeksi virus corona (Covid-19) bukan berarti kebal atau tidak dapat terinfeksi virus corona kembali.
"Saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 dan memiliki antibodi yang melindungi dari infeksi kedua," pernyataan WHO, dikutip dari AFP, Minggu (26/4/2020).
Dalam unggahan Twitter, WHO menyatakan akan bekerja dengan para ilmuwan di seluruh dunia untuk lebih memahami respons tubuh terhadap infeksi Covid-19. Sejauh ini, belum ada penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penting mengenai antibodi dan respons tubuh terhadap Covid-19.
WHO juga melihat banyak orang yang dinyatakan sembuh, tetapi malah mengabaikan langkah pencegahan virus corona. Misalnya, tidak memakai masker dengan berasumsi mereka tidak akan tertular kembali.
"Jika saya sudah pernah terkena corona, maka saya tidak terinfeksi kembali," kata warga Berlin, Jerman, Lothar Kopp.
Kopp adalah pasien virus corona yang telah dinyatakan sembuh. Dia sedang menunggu tes antibodi untuk mengetahui keberadaan antibodi virus corona di tubuhnya. Jika hasilnya menunjukkan positif, Kopp diizinkan untuk mengunjungi ibunya.
Jerman merupakan salah satu negara yang melakukan ribuan tes antibodi untuk melihat keberadaan antibodi pada orang yang telah sembuh dari virus corona.
Saat ini, sejumlah negara di dunia mengambil langkah untuk mulai melonggarkan atau membuka kembali perekonomian masyarakat setelah banyak pasien Covid-19 dinyatakan sembuh dan diklaim memiliki kekebalan.
Negara bagian Georgia, Amerika Serikat misalnya mengizinkan sejumlah bisnis seperti salon buka kembali. Warga Georgia juga berbondong-bondong pergi ke pantai. Banyak warga tak lagi khawatir pada virus corona.
"Rasanya luar biasa - seperti yang seharusnya dirasakan. Saya tidak khawatir," kata seorang warga Georgia Rachel Lilly, kepada AFP saat sedang berjemur di pantai.
Perdana Menteri Belgia Sophie Wilmes juga mengumumkan rencana membuka kembali bisnis dan sekolah pada pertengahan Mei dan restoran pada 8 Juni.
"Penyebaran COVID-19 telah melambat, tetapi virusnya belum hilang," kata Wilmes.
Italia juga mengumumkan rencana untuk mencabut sejumlah larangan setelah meningkatkan tes antibodi.
Pelonggaran larangan ini membuat sejumlah ahli khawatir akan munculnya gelombang kedua virus corona, seperti yang terjadi pada Iran.
"Pembukaan kota kembali dengan tergesa-gesa bisa menciptakan gelombang penyakit baru di Teheran," kata koordinator kesehatan Teheran, Alireza Zali.