Angka Kematian Akibat Virus Corona di AS Mencapai 20.000 Kasus
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Washington - Universitas Johns Hopkins mencatat jumlah kasus kematian akibat Corona di Amerika Serikat (AS). Hingga Sabtu (11/4/2020) waktu setempat korban tewas mencapai angka 20.000 kasus.
Dilansir AFP, Minggu (12/4/2020) wabah virus Corona telah merenggut nyawa sebanyak 20.071 orang di Amerika Serikat. Sementara jumlah kasus infeksi lebih dari setengah juta.
Berdasarkan perhitungan tersebut Amerika memimpin sebagai kasus positif Corona tertinggi secara global. Dilaporkan sebanyak 519.453 kasus positif Corona.
Sementara itu, Italia adalah negara yang paling terpukul di Eropa dengan populasi seperlima dari AS. Sebanyak 19.468 kasus kematian akibat Corona di negara tersebut.
Sementara di Prancis melaporkan penurunan angka kematian harian akibat Corona di negaranya. Pada Jumat (11/4/2020) waktu setempat total 635 kematian akibat Corona menurun dari hari sebelumnya sebanyak 978 kasus.
Dilansir AFP, otoritas kesehatan Prancis mengatakan pada Sabtu (11/4/2020) waktu setempat dalam 24 jam terakhir total 635 kematian akibat Corona. 345 kematian ada di rumah sakit dan 290 di panti jompo.
Sedangkan pada hari sebelumnya, ada 987 kematian akibat Corona. 554 kasus kematian terjadi di rumah sakit dan 433 di panti jompo.
"Puncak masa stabil tampaknya telah tercapai, namun masih tetap aktif. Kita benar-benar harus tetap waspada," kata Pejabat Kesehatan Prancis, Jerome Salomon kepada wartawan.
Diketahui, Prancis telah melakukan lockdown sejak 17 Maret lalu sebagai upaya untuk mencegah penuluran Corona. Hanya perjalanan penting yang diizinkan.
Sementara itu, dalam 3 hari terakhir, jumlah pasien yang membutuhkan perawatan intensif menurun. Dengan 121 lebih sedikit di unit dengan total 6.883 pasien yang menjalani perawatan yang intensif.
Saat ini sebanyak 90.676 kasus positif di Prancis. Salomon mengatakan jika tren tren ini berlanjut berarti Prancis lockdown memberikan dampak yang positif.
"Kami telah berhasil mencapai langkah pertama bersama-sama dan lockdown mulai menunjukkan dampak," jelasnya.
Namun dia tetap memperingatkan "Bahwa masih puncak kondisi stabil, masih banyak rawat inap di rumah saki. Masih terlalu dini untuk membuat keputusan untuk masa depan," katanya.