Angkatan Laut Malaysia Cegat Perahu Pengungsi Rohingya
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi perahu pengungsi Rohingya. (AFP Photo/Fred Dufour)
Dialeksis.com, Malaysia -- Angkatan Laut Malaysia mencegat sebuah perahu yang mengakut 56 pengungsi Rohingya di perairan utara Pulau Langkawi. Aparat berwenang menyebut kapal itu sempat berlabuh di sebuah pulau di Thailand pada akhir pekan lalu, sebelum berlayar menuju Negeri Jiran di tengah kondisi cuaca badai.
"Secara umum seluruh 56 pengungsi yang sebagian besar perempuan dan anak-anak sudah aman. Tapi mereka lelah dan kelaparan," kata kepala Angkatan Laut Malaysia, Laksamana Ahmad Kamarulzaman Ahmad Badaruddin kepada Reuters, Selasa (3/4)."Kami telah memberi para pengungsi air bersih, makanan, dan bantuan kemanusiaan lain."
Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyatakan puluhan pengungsi itu berasal dari pusat negara bagian Rakhine, Myanmar, pusat krisis kemanusiaan yang memburuk sejak Agustus 2017 lalu.Direktur Jenderal Badan Pengamanan Maritim Malaysia (MME) Zulkifli Abu bakar mengatakan negaranya akan menerima para pengungsi atas dasar kemanusiaan.
Sebagai negara yang tak meratifikasi konvensi PBB mengenai penangan pengungsi, Malaysia tidak berkewajiban menerima pengungsi dari mana pun termasuk Rohingya.
Meski begitu, sejauh ini Malaysia telah menerima 100 ribu pengungsi Rohingya.
"Mereka akan diserahkan ke departemen keimigrasian," kata Zulkifli melalui pesan singkat.
Berdasarkan data PBB, sebanyak 700 ribu Rohingya melarikan diri dari Rakhine dan mengungsi ke Bangladesh, sejak krisis kembali memburuk.
Krisis itu dipicu bentrokan antara kelompok bersenjata Rohingya dan militer Myanmar pada 25 Agustus. Sejak itu, militer meluncurkan operasi militer yang mereka klaim diarahkan pada kelompok bersenjata.
Alih-alih menangkap pelaku, militer bersama warga lokal diduga malah mengusir, menyiksa, hingga membunuh warga Rohingya yang selama ini dianggap sebagai imigran ilegal.
Myanmar menolak tuduhan itu dengan berkeras menegaskan bahwa operasi militernya sah demi membasmi "teroris" yang menyerang pasukan pemerintah.
Krisis kemanusiaan yang mengincar minoritas Muslim, terutama Rohingya, bukan pertama kali terjadi di Myanmar. Pada 2012 lalu, bentrokan komunal antara muslim dan mayoritas Buddha di Rakhine turut memicu gelombang eksodus pengungsi Rohingya ke negara tetangga seperti Bangladesh, Thailand, Malaysia, hingga Indonesia.
Sejumlah organisasi pemerhati HAM khawatir krisis yang kembali memburuk Agustus lalu itu juga akan memicu bertambahnya pengungsi Rohingya yang nekat melarikan diri ke negara lain menggunakan perahu. (CNN Indonesia)