Atasi Pengangguran, Inggris Kucurkan Rp14,5 Triliun ke Pusat Tenaga Kerja
Font: Ukuran: - +
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. (Foto: Bloomberg)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Inggris bakal mengucurkan dana senilai US$1 miliar atau setara Rp14,5 triliun (kurs Rp14.500 per 1 dolar AS) ke pusat tenaga kerja.
Kebijakan tersebut sebagai upaya untuk menekan gelombang pengangguran di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Pemerintah Inggris bakal meningkatkan dua kali lipat jumlah pelatih tenaga kerja hingga 27.000 orang, dengan sebanyak 4.500 yang direkrut pada tahap awal, kata Kementerian Keuangan Inggris melalui pernyataan resmi.
"Tambahan pelatih tenaga kerja ini bakal membantu pencari kerja untuk mengembangkan keahlian, meningkatkan prospek untuk direkrut, dan menemukan pekerjaan yang cocok untuk mereka," kata Kementerian Keuangan Inggris seperti dilansir Bloomberg, Sabtu (4/7/2020).
Pengumuman ini dirilis ketika Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak menyiapkan pernyataan resmi pada Rabu lalu terkait dengan stimulus untuk pertumbuhan ekonomi dan menjaga lapangan kerja, seiring dengan upaya Inggris melonggarkan lockdown nasional, yang dimulai pada 23 Maret 2020.
Mulai hari ini, klub atau bar diizinkan kembali beroperasi, menyusul toko-toko non-kebutuhan utama yang diperbolehkan buka pada bulan lalu.
Sunak fokus pada penyelamatan tenaga kerja, terutama para karyawan muda yang berada dalam keadaan sulit sebelum pandemi dan sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Dia bakal memberikan paket stimulus yang lebih banyak. Di sisi lain, para pelaku bisnis meminta Menteri Keuangan Inggris untuk melakukan tindakan semaksimal mungkin dalam menghidupkan kembali perekonomian.
"Kami meminta pemerintah untuk tegas dan mencoba lebih visioner melihat masalah yang akan datang pada musim gugur daripada mengadopsi pendekatan watch and wait," kata Direktur Jenderal Kamar Dagang Inggris Adam Marshall ketika diwawancarai pada Jumat (3/7/2020).
Adam menambahkan bantuan yang dibutuhkan pelaku usaha dinilai bakal menyerap banyak dana, tetapi sangat diperlukan. Menurutnya, jika Pemerintah Inggris ingin menekan jumlah pengangguran dan menggerakkan kembali aktivitas bisnis dan daya beli, maka waktu yang paling tepat adalah saat ini.
Beberapa bantuan yang diharapkan oleh pelaku usaha antara lain subsidi upah untuk tenaga kerja magang, dana untuk mendukung pembukaan lapangan kerja karyawan muda, dan pemangkasan asuransi nasional yang harus dibayarkan perusahaan.
Adam juga mengusulkan Pemerintah Inggris menerbitkan voucer rumah tangga untuk mendorong daya beli di sektor ritel sehingga menggenjot kembali perekonomian negara.