Sabtu, 23 Agustus 2025
Beranda / Berita / Dunia / BPOM dan Recce Australia Kerja Sama Kembangkan Antibiotik Inovatif, Target Produksi 2026

BPOM dan Recce Australia Kerja Sama Kembangkan Antibiotik Inovatif, Target Produksi 2026

Sabtu, 23 Agustus 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Dalam kunjungan kerjanya ke Sydney, Australia, Kepala BPOM Prof. Taruna Ikrar melakukan pertemuan strategis dengan delegasi Recce Pharmaceuticals Ltd, Investment New South Wales (NSW), dan Komisi Perdagangan dan Investasi Australia (Austrade), Jumat (22/8/2025). [Foto: dok. BPOM]


DIALEKSIS.COM | Sydney - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membuka peluang besar bagi investasi pengembangan obat antibakteri inovatif di Indonesia. 

Dalam kunjungan kerjanya ke Sydney, Australia, Kepala BPOM Prof. Taruna Ikrar melakukan pertemuan strategis dengan delegasi Recce Pharmaceuticals Ltd, Investment New South Wales (NSW), dan Komisi Perdagangan dan Investasi Australia (Austrade), Jumat (22/8/2025).

“Indonesia sangat terbuka untuk kerja sama internasional, terutama dalam pengembangan obat inovatif yang dibutuhkan masyarakat. Salah satunya adalah antibiotik baru untuk melawan resistensi,” ujar Taruna Ikrar dalam pertemuan yang berlangsung di kantor Austrade Sydney.

Obat antibakteri yang dikembangkan oleh Recce ini merupakan antibiotika sintetik generasi baru, yang ditujukan untuk melawan patogen penyebab sepsis dan mencegah resistensi antibiotik. Recce menggandeng PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) sebagai mitra lokal melalui skema pengembangan obat baru atau investigational new drug (IND).

James Graham, CEO Recce, menyatakan antusiasmenya atas kolaborasi perdana dengan Indonesia. “Ini adalah pertama kalinya kami melakukan transfer teknologi untuk antibakteri di Indonesia. Kami sangat mengapresiasi dukungan BPOM dan kepemimpinan Prof. Taruna dalam mempercepat proses perizinan,” kata James Graham.

Targetnya, produk antibakteri ini akan mulai diproduksi di Indonesia pada tahun 2026 dan akan digunakan pertama kali untuk pengobatan infeksi kaki diabetes (diabetic foot infection / DFI).

Dalam pertemuan itu, turut hadir President Director Etana Nathan Tirtana dan Head of Corporate Relations Etana Andreas Donny Prakarsa. Sementara dari pihak Australia, tampak Director Priority Markets Investment NSW Edan Corkill, serta jajaran pejabat senior Austrade dan Investment NSW.

Taruna menegaskan bahwa BPOM terus mendorong transformasi regulasi untuk mempercepat akses terhadap obat-obatan inovatif yang aman dan efektif. 

“Kami memastikan ada mekanisme perizinan yang adaptif, transparan, dan memberi kepastian hukum bagi industri farmasi,” ujarnya.

Tak hanya bertemu mitra industri, Taruna juga berkesempatan memberi kuliah tamu di University of New South Wales (UNSW), membahas kolaborasi riset antara BPOM dan dunia akademik. 

“Triple helix -- kolaborasi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah -- menjadi kunci pengembangan riset dan produk farmasi yang berdaya saing,” ungkap Taruna di hadapan ilmuwan klinis dan mahasiswa UNSW.

Usai kuliah, Taruna meninjau laboratorium di UNSW RNA Institute, dan berdiskusi dengan pimpinan kampus, termasuk Deputy Vice-Chancellor Global UNSW Prof. Tony Kelleher dan perwakilan dari UNSW Medicine & Health.

Kepada media The Australian Financial Review, Taruna juga memaparkan visi besar Indonesia menjadi pusat riset dan pengembangan medis global.

“Kami ingin Indonesia tak hanya jadi pasar, tapi juga pusat produksi dan inovasi farmasi,” tegasnya. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
sekwan - polda
bpka