CEO AstraZeneca Sebut Efek Booster Vaksin Ketiga Belum Jelas
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, menyebut bahwa suntikkan booster vaksin corona belum memiliki dasar ilmiah yang jelas. Ia bahkan menyebut tidak yakni bahwa booster bisa menciptakan kekebalan lanjutan yang lebih kuat terhadap Covid-19.
Dalam pernyataannya, Soriot menjelaskan bahwa AstraZeneca memproduksi sel imun yang cukup tinggi sehingga vaksinnya seharusnya mampu untuk menahan infeksi dalam jangka waktu yang panjang.
"Ada dua dimensi kekebalan ini. Pertama antibodi (yang) menurun seiring waktu, tetapi dimensi kedua yang sangat penting dari vaksinasi adalah apa yang disebut sel-T. Mereka cenderung melindungi orang dari penyakit parah dan juga memberikan daya tahan," jelas Soriot kepada CNBC International, Kamis (29/7/2021).
"Dengan teknologi yang kami gunakan, kami memiliki produksi sel-T yang sangat tinggi. Kami berharap kami dapat memiliki vaksin tahan lama yang melindungi untuk jangka waktu yang lama."
"Jadi apakah kita akan membutuhkan booster ketiga atau tidak masih belum jelas, hanya waktu yang akan menjawabnya."
Soriot menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk memastikan apakah suntikan booster benar-benar diperlukan adalah dengan melihat apakah kemanjuran vaksin menurun seiring waktu.
"Kami tahu bahwa (vaksin kami) memiliki penurunan antibodi (dari waktu ke waktu). Kami belum melihat penurunan kemanjuran tetapi agak dini untuk menilai dan saya berharap sel-T akan memberikan perlindungan jangka panjang yang tahan lama ini."
Sebelumnya produsen vaksinCovid-19 lainnya, Pfizer, mengatakan bahwa perusahaannya sangat yakin bahwa manusia membutuhkan dosis penguat karena antibodi tubuh yang memudar seiring waktu dan juga perkembangan Varian Delta yang meluas.
"Kami sangat, sangat yakin bahwa dosis ketiga vaksinnya akan memberikan kekebalan yang cukup untuk melindungi dari varian delta Covid yang menyebar lebih cepat," ujar CEO Pfizer Albert Bourla.
Bourla bahkan menambahkan bahwa ada pengurangan efikasi vaksin buatannya dalam jangka waktu beberapa bulan setelah penyuntikan.
"Kemanjuran vaksin turun menjadi sekitar 84% empat hingga enam bulan setelah dosis kedua," jelasnya.[CNBC Indonesia]