Minggu, 13 April 2025
Beranda / Berita / Dunia / Eropa Tingkatkan Kesiapsiagaan Warga Hadapi Ancaman Perang dan Krisis

Eropa Tingkatkan Kesiapsiagaan Warga Hadapi Ancaman Perang dan Krisis

Sabtu, 12 April 2025 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Kerusakan akibat pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia. Foto: Associated Press

DIALEKSIS.COM | Brussel - Sejumlah negara Eropa semakin gencar mempersiapkan warganya menghadapi potensi konflik bersenjata atau perang. Langkah ini diambil menyusul kekhawatiran mendalam para pemimpin Eropa terhadap ekspansi militer Rusia dan ketidakpastian dukungan keamanan dari Amerika Serikat (AS). Pemerintah di berbagai negara mengimbau masyarakat membangun ketahanan psikologis, menyimpan logistik darurat, hingga berpartisipasi dalam simulasi evakuasi massal.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, dalam pertemuan keamanan di Brussel Desember lalu, menegaskan, "Sudah saatnya kita beralih pada pola pikir masa perang." Pernyataan ini memperkuat seruan Komisi Eropa yang pada Maret 2025 merilis panduan kesiapsiagaan krisis. Warga diinstruksikan menyimpan persediaan makanan, air, obat-obatan, dan dokumen penting untuk bertahan minimal 72 jam. Panduan ini juga mencakup pembentukan budaya kesiapsiagaan melalui pelatihan dan sistem peringatan terpadu.

Jerman memperbarui Framework Directive for Overall Defense, yang mengatur perubahan drastis dalam kehidupan sipil jika perang terjadi, termasuk rekomendasi penyimpanan logistik selama 10 hari.

Swedia mendistribusikan buku panduan 'Jika Krisis atau Perang Datang' ke jutaan rumah tangga. Buku ini berisi instruksi menghadapi serangan udara, evakuasi, hingga ancaman nuklir.

Finlandia, yang berbatasan langsung dengan Rusia, memiliki lebih dari 50.000 bunker yang mampu menampung 4,8 juta orang. Negara ini juga memperbarui panduan krisis November 2024 untuk menghadapi pemadaman listrik, gangguan telekomunikasi, dan konflik militer.

Claudia Major, Wakil Presiden German Marshall Fund, menyebut kesiapsiagaan tak hanya untuk ancaman militer langsung, tetapi juga "zona abu-abu" seperti perang hibrida, serangan siber, dan agresi tak konvensional. "Kami ingin orang waspada, bukan panik," tegasnya

Namun, ancaman Rusia dirasakan berbeda di tiap negara. Negara Baltik dan Finlandia, yang memiliki sejarah konflik dengan Moskow, menganggap ancaman ini nyata. Sementara Portugal, Italia, dan Inggris cenderung lebih fokus pada risiko terorisme dan ketidakstabilan regional.

Tantangan dan Kritik

Meski upaya intensif, efektivitas rencana ini masih dipertanyakan. Sebagian skeptis memprediksi rendahnya respons masyarakat, sementara pejabat Eropa menekankan pentingnya keseimbangan antara kesadaran dan ketenangan. "Kesiapsiagaan bukanlah kepanikan, melainkan antisipasi rasional," ujar Komisaris UE Hadja Lahbib, merujuk pada kekacauan selama pandemi COVID – 19

Ketergantungan Eropa pada AS melalui NATO mulai dipertanyakan. Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyerukan peningkatan otonomi pertahanan blok tersebut: "Perdamaian tanpa pertahanan adalah ilusi." Langkah ini diperkuat dengan rencana peningkatan produksi amunisi dan modernisasi industri pertahanan UE.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dinsos
inspektorat
koperasi
disbudpar