Fakta Survei: Warga Rusia 83 Persen Dukung Putin Invasi Ukraina
Font: Ukuran: - +
(Sputnik via Reuters)
DIALEKSIS.COM | Dunia - Salah satu lembaga survei independen Rusia, Levada Center, menggelar jajak pendapat yang menunjukkan 83 persen warga negara itu mendukung invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Sebagaimana dilansir The Moscow Times, Levada Center merilis hasil survei tersebut pada Rabu (30/3) lalu. Hasil survei itu menunjukkan 83 persen responden setuju agresi Putin ke negara tetangganya pada Maret.
Angka itu naik dari bulan-bulan sebelumnya. Merujuk pada survei itu, 71 persen responden setuju invasi Rusia ke Ukraina, sementara di Januari, hanya 69 persen warga mendukung.
Selain itu, lebih dari setengah responden Levada, yakni 59 persen, mengaku yakin negara mereka "berjalan ke arah yang benar."
Meski demikian, pengamat khawatir hasil jajak pendapat itu tak akurat karena masyarakat memang cenderung mendukung para pemimpin di masa perang.
"Angka-angka itu hanya menunjukkan negara ini berada dalam situasi perang, dan orang-orang memahami hal ini, baik responden maupun non-responden," kata seorang pengamat politik, Greg Yudin.
Selain itu, para responden juga kemungkinan menyembunyikan pendapatnya menyusul sikap keras Rusia terhadap yang menentang perang.
Lebih jauh, Rusia juga memiliki undang-undang baru yang mengkriminalisasi penyebar "hoaks" soal militer. Pasal karet ini dapat menyerang siapa pun yang menentang perang.
Saat Putin mencaplok Crimea pada 2014 lalu, jajak pendapat yang digelar juga menunjukkan sebagian besar warga mendukung. Namun, Direktur Levada Center, Denis Volkov, mengingatkan publik agar tidak menyamakan agresi di Ukraina dengan isu Crimea pada 2014.
"Kondisi saat ini berbeda. Konflik ini sendiri lebih besar, dan ini, secara teori, bisa memperkuat peringkat pihak berwenang, tetapi konsekuensi ekonomi akan lebih signifikan," kata Volkov.
Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung selama lebih dari sebulan. Menurut data pemerintah Ukraina, sekitar 5.000 orang meninggal. Sementara itu, menurut catatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), korban tewas sejak invasi mencapai setidaknya 1.119 warga sipil , dan 1.790 terluka [cnnindonesia.com].