Ganti Komandan Perang, Agresi Militer Putin ke Ukraina Disebut Akan Lebih Brutal
Font: Ukuran: - +
Presiden Rusia Vladimir Putin tunjuk Valery Gerasimov (kanan) sebagai komandan tertinggi Rusia untuk perang di Ukraina. [Foto: AFP/Sergei Guneyev]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk mengganti komandan tertinggi militer untuk operasi agresi di Ukraina.
Langkah itu disebut sejumlah pengamat bakal menambah brutal serangan Rusia di Ukraina memasuki 11 bulan. Keputusan itu juga dinilai sebagai langkah Putin yang tak sabar karena tak sesuai dengan skenarionya selama ini.
Putin menunjuk Valery Gerasimov menggantikan veteran perang Uni Soviet di Afghanistan, Sergei Surovikin sebagai komandan tertinggi agresi militer Rusia di Ukraina.
Gerasimov merupakan Kepala Staf Militer sebelum diangkat sebagai komandan tertinggi militer Rusia. Sorovikin sendiri akan ditugaskan sebagai deputi Gerasimov.
Analis dari negara-negara Barat bahkan Rusia menilai bahwa keputusan Putin menunjuk kepala staf militer menjadi komandan tertinggi bukan keputusan lazim.
Keputusan tersebut dianggap sebagai bentuk ketidaksabaran Putin untuk segera mengakhiri perang di Ukraina dengan kemenangan.
Rusia dinilai pengamat gagal mencapai rencana mereka dalam perang di Ukraina yang memasuki 11 bulan. Perang itu disebut-sebut membuat moral pasukan Moskow anjlok lantaran banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
Moral pasukan Rusia semakin berada di titik nadir setelah sekali serangan roket Ukraina menewaskan sekitar 89 pasukan di wilayah timur Ukraina, sesuai pengakuan dari Moskow.
"Tentu tidak konsisten mengganti pemimpin tertinggi operasi di tengah pertempuran. Ini berarti bukan sinyal yang bagus dan bisa menyebabkan hierarki dari bawah ke atas tak seimbang," kata peneliti Rusia IFRI, Tatiana Kastoueva-Jean, seperti dikutip dari AFP.
Analis militer dari Rusia, Alexander Khramchikhin, bahkan menilai pergantian komandan tertinggi tersebut akan memperburuk situasi di Ukraina.
"Jelas sekali ada upaya untuk meningkatkan skala perang (di Ukraina)," ucap Khramchikhin kepada AFP.
Pengamat dari lembaga think tank the Royal United Services Institute, Mark Galeotti, mengatakan serangan Rusia ke Ukraina bakal jauh lebih serius dengan pergantian komandan militer.
"Ini merupakan sebuah konfirmasi, jika memang kita memerlukannya, bahwa serangan lebih serius akan dilancarkan meski Putin mengakui ada masalah koordinasi," tutur Galeotti kepada AFP.(CNN Indonesia)
- Krisis Energi Ancam Eropa, Warga Setempat Mulai Was-was
- Putin Ancam Akan Lenyapkan Negara yang Berani Serang Rusia Pakai Nuklir
- Ketegangan Nuklir di Perang Rusia-Ukraina, Putin Hanya Gunakan Senjata Nuklir di Kondisi Ini
- Memanas, Kini Biden Tak Ingin Ketemu Putin Usai Syarat Dialog Damai Ukraina Ditolak Rusia