DIALEKSIS.COM | Manila - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,9 yang mengguncang wilayah Cebu, Filipina, menewaskan sedikitnya 69 orang dan melukai lebih dari ratusan orang, lapor media lokal pada Rabu.
Gempa bumi lepas pantai itu meruntuhkan dinding rumah dan bangunan pada Selasa (30/9/2025) malam di sebuah provinsi di Filipina tengah, dan membuat warga berlarian keluar rumah menuju kegelapan karena guncangan hebat tersebut memutus aliran listrik, kata para pejabat.
Episentrum gempa bumi, yang dipicu oleh pergerakan patahan lokal pada kedalaman 5 kilometer (3 mil), berada sekitar 19 kilometer (12 mil) di timur laut Bogo, sebuah kota pesisir berpenduduk sekitar 90.000 jiwa di provinsi Cebu di mana sedikitnya 14 penduduk tewas, kata petugas mitigasi bencana Rex Ygot kepada The Associated Press melalui telepon.
Jumlah korban tewas di Bogo diperkirakan akan meningkat. Para pekerja sedang berusaha mengangkut sebuah backhoe untuk mempercepat upaya pencarian dan penyelamatan di sekelompok gubuk di sebuah desa pegunungan yang dilanda tanah longsor dan bongkahan batu, katanya.
"Sulit untuk bergerak di daerah itu karena ada bahaya," ujar Glenn Ursal, petugas mitigasi bencana lainnya kepada AP, seraya menambahkan bahwa beberapa korban selamat dibawa ke rumah sakit.
Setidaknya 12 orang tewas tertimpa reruntuhan langit-langit dan dinding rumah mereka, beberapa di antaranya saat tidur, di kota Medellin dekat Bogo, ujar Gemma Villamor, kepala kantor mitigasi bencana kota tersebut, kepada AP.
Di kota San Remigio, juga dekat Bogo, lima orang, yang terdiri dari tiga personel penjaga pantai, seorang petugas pemadam kebakaran, dan seorang anak, tewas secara terpisah tertimpa dinding yang runtuh saat mencoba menyelamatkan diri dari pertandingan bola basket yang terganggu oleh gempa, ujar wakil wali kota kota tersebut, Alfie Reynes, kepada jaringan radio DZMM.
Reynes meminta bantuan makanan dan air, dengan mengatakan bahwa sistem air San Remigio rusak akibat gempa.
Selain rumah-rumah di Bogo, gempa juga merusak sebuah stasiun pemadam kebakaran dan jalan beton serta aspal, kata petugas pemadam kebakaran Rey Cañete.
“Kami sedang berada di barak untuk beristirahat ketika tanah mulai berguncang dan kami bergegas keluar, tetapi terjatuh karena guncangan yang hebat,” kata Cañete kepada AP, menambahkan bahwa ia dan tiga petugas pemadam kebakaran lainnya mengalami luka dan memar.
Sebuah dinding beton di pos pemadam kebakaran mereka runtuh, kata Cañete. Ia dan rekan-rekan pemadam kebakaran memberikan pertolongan pertama kepada setidaknya tiga warga, yang terluka akibat reruntuhan puing dan dinding yang runtuh.
Ratusan warga yang ketakutan berkumpul dalam kegelapan di lapangan rumput dekat pos pemadam kebakaran dan menolak untuk pulang beberapa jam setelah gempa bumi melanda Bogo. Beberapa bangunan usaha terlihat rusak dan jalan aspal serta beton yang mereka lewati retak dalam, kata Cañete, menambahkan bahwa sebuah gereja Katolik tua di kota Daanbantayan dekat Bogo juga rusak.
Gubernur Cebu Pamela Baricuatro mengatakan tingkat kerusakan dan korban luka di Bogo dan kota-kota sekitarnya di wilayah utara provinsi tersebut baru akan diketahui pada siang hari. "Ini bisa lebih buruk dari yang kita duga," ujarnya dalam pesan video yang diunggah di Facebook.
Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina sempat mengeluarkan peringatan tsunami dan mengimbau masyarakat untuk menjauhi pesisir Cebu dan provinsi-provinsi di sekitarnya, Leyte dan Biliran, karena kemungkinan gelombang setinggi 1 meter (3 kaki).
Teresito Bacolcol, direktur institut tersebut, mengatakan peringatan tsunami kemudian dicabut tanpa adanya gelombang yang tidak biasa yang dipantau.
Cebu dan provinsi-provinsi lainnya masih dalam tahap pemulihan pasca badai tropis yang menghantam wilayah tengah Filipina pada hari Jumat, menewaskan sedikitnya 27 orang, sebagian besar akibat tenggelam dan pohon tumbang, memutus aliran listrik di seluruh kota, dan memaksa puluhan ribu orang dievakuasi.
Filipina, salah satu negara paling rawan bencana di dunia, sering dilanda gempa bumi dan letusan gunung berapi karena letaknya di "Cincin Api" Pasifik, sebuah busur patahan seismik di sekitar lautan. Kepulauan ini juga diterjang sekitar 20 topan dan badai setiap tahunnya. [abc news]