George Soros di Kirim Paket Bom
Font: Ukuran: - +
Soros, salah satu donatur terbesar untuk kelompok liberal, adalah tokoh yang dibenci bagi para aktivis sayap kanan di AS dan Eropa Timur [File: Reuters]
DIALEKSIS.COM | New York - Sebuah paket berisi bahan peledak di temukan di Kota Surat luar rumah pemodal miliarder George Soros di New York.
Paket itu di temukan seorang karyawan Soros di rumah di Katonah, New York, Polisi menyebut karyawan itu membuka paket itu, mengungkapkan apa yang tampak sebagai alat peledak, kata polisi, Senin.
Soros tidak ada di rumah pada saat itu, New York Times melaporkan.
Soros, salah satu donor terbesar di dunia untuk kelompok liberal, telah menjadi sosok yang dibenci oleh para aktivis sayap kanan di Amerika Serikat dan Eropa Timur, dan target kampanye media yang bermusuhan oleh pemerintah nasionalis di Hongaria.
Pihak berwenang dihubungi sekitar pukul 03:45 (07:45 GMT), Kota Departemen Kepolisian Bedford mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Teknisi penjinak bom meledakkan paket itu di daerah berhutan terdekat, kata polisi kepada surat kabar itu. FBI sedang menyelidiki insiden itu, kata polisi.
Seorang pejabat penegak hukum federal kepada kantor berita Associated Press menyebut pihaknya tidak berwenang untuk membahas penyelidikan mengatakan perangkat itu berisi bubuk peledak.
Paket bom itu menyerupai bom pipa dan dalam paket yang ditempatkan di kotak surat di luar gerbang kompleks.
Seorang karyawan Soros membukanya di dalam gerbang, tidak di dekat tempat Soros, kata pejabat itu.
Dalam sebuah pernyataan di Facebook, Soros 'Open Society Foundation (OSF) mengatakan bahwa filantropis itu menyesalkan kekerasan dan mendesak "politisi di seluruh spektrum politik untuk meredam retorika mereka".
Organisasi itu menyalahkan lingkungan politik AS atas insiden itu.
"Retorika kebencian yang mendominasi politik di AS dan di banyak negara di seluruh dunia melahirkan ekstremisme dan kekerasan," kata OSF.
"Dalam iklim ketakutan, kebohongan, dan meningkatnya otoritarianisme, hanya menyuarakan pandangan Anda dapat menarik ancaman kematian."
Seorang juru bicara pemerintah Hungaria mengatakan: "Masalahnya berada di bawah yurisdiksi otoritas AS. Bagaimanapun, insiden itu terjadi di sana." Dia menolak berkomentar lebih lanjut. (Al Jazeera dan Kantor Berita Associated Press)