Selasa, 01 April 2025
Beranda / Berita / Dunia / Hadiah Potret Putin untuk Trump: Gestur Persahabatan atau Diplomasi Terselubung?

Hadiah Potret Putin untuk Trump: Gestur Persahabatan atau Diplomasi Terselubung?

Selasa, 25 Maret 2025 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Rusia Vladimir Putin  bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Foto: Reuters


DIALEKSIS.COM | Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mencuri perhatian dengan mengirimkan lukisan potret dirinya sebagai hadiah untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hadiah tersebut disampaikan melalui Utusan Khusus Trump, Steve Witkoff, yang berkunjung ke Moskow awal Maret lalu dalam rangkaian upaya mediasi perdamaian Ukraina. 

Kremilin menegaskan, pemberian hadiah ini sebagai bentuk "penghargaan personal" antar pemimpin, meski menuai spekulasi di tengah memanasnya hubungan kedua negara.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membenarkan bahwa lukisan potret Trump itu telah diserahkan kepada Witkoff selama kunjungannya ke Rusia. “Ini adalah hadiah dari Presiden Putin sebagai tanda hormat,” ujar Peskov kepada Associated Press, Selasa (25/3), tanpa merinci makna atau pesan tersirat dari lukisan tersebut.

Witkoff, yang sebelumnya bertemu Putin untuk membahas proposal gencatan senjata Ukraina, mengungkapkan reaksi Trump saat menerima hadiah itu dalam wawancara eksklusif dengan Tucker Carlson. “Dia (Trump) jelas tersentuh. Lukisan itu indah dan penuh makna,” kata Witkoff. 

Ia juga mengklaim Putin sempat berpesan, “Saya mendoakan keselamatan Trump setelah insiden penembakan di Pennsylvania tahun lalu.”

Pemberian hadiah antar pemimpin Rusia dan AS bukan kali pertama menuai kecurigaan. Pada 2018, Putin menghadiahi Trump bola sepak Piala Dunia 2018 yang langsung diperiksa Secret Service karena dikhawatirkan mengandung alat penyadap. Paranoia ini berakar dari insiden tahun 1945, ketika hadiah kayu bergambar lambang AS dari anak-anak Soviet kepada Duta Besar AS Averell Harriman ternyata dipasangi bug terendus setelah 6 tahun menggantung di kantornya.

Meski demikian, tidak jelas apakah lukisan potret Putin kali ini melalui proses pemeriksaan serupa. Gedung Putih hingga kini belum memberikan komentar resmi, termasuk soal detail teknis penanganan hadiah tersebut.

Pemberian hadiah ini terjadi di tengah dinamika perundingan damai Ukraina yang melibatkan AS, Rusia, dan Arab Saudi. Sehari sebelum lukisan diserahkan, Witkoff dikabarkan bertemu pejabat Rusia dan Ukraina di Riyadh untuk membahas skema gencatan senjata. Beberapa analis menyoroti timing pemberian hadiah sebagai upaya “pencairan suasana” sebelum putaran perundingan berikutnya.

Namun, sejumlah pengamat politik AS skeptis. “Ini bukan sekadar hadiah. Setiap gestur Putin punya tujuan politis, terutama menjelang Pemilu AS 2024,” ujar Heather Conley, Direktur German Marshall Fund, kepada insan pers. Kekhawatiran serupa mengemuka di media sosial, di mana warganet ramai memperdebatkan apakah lukisan itu hanya simbol persahabatan atau menyimpan “pesan rahasia” di balik kanvas.

Hingga berita ini diturunkan, Kremlin belum membeberkan detail artistik lukisan tersebut. Yang pasti, hadiah ini kembali mengingatkan dunia pada hubungan kompleks dua pemimpin yang kerap berayun antara rivalitas dan chemistry personal. Seperti kata Witkoff kepada Carlson: “Mereka saling menghormati, meski kadang seperti dua kutub yang tak pernah bertemu.”

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI