Hamas Umumkan 33 Tawanan Tewas, saat Faksi-faksi Palestina Adakan Perundingan
Font: Ukuran: - +
Warga Palestina berjalan di samping bangunan yang rusak setelah pasukan Israel mundur dari sebagian kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah setelah operasi darat [Foto: Abd Elhkeem Khaled/Reuters]
DIALEKSIS.COM | Dunia - Hamas mengungkapkan bahwa 33 tawanan yang mereka tahan di Gaza telah tewas sejak dimulainya perang dengan Israel, yang telah berlangsung hampir 14 bulan di wilayah kantong yang terkepung.
Dalam sebuah pernyataan video yang dirilis pada hari Senin (2/12/2024), Hamas menyebutkan bahwa tawanan tersebut tewas akibat tindakan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dianggap mereka sebagai "penjahat perang", serta "agresi yang terus-menerus" dari pihak Israel.
Menurut Hamas, tawanan yang tewas sebagian besar adalah korban serangan udara Israel, meskipun beberapa di antaranya juga tewas akibat upaya penyelamatan yang dilakukan militer Israel namun gagal. Insiden pertama yang disebutkan dalam video adalah serangan udara Israel pada 9 Oktober 2023 yang menewaskan empat tawanan. Terbaru, seorang tawanan tewas dalam operasi militer Israel di Gaza utara pada bulan lalu.
Hamas mengingatkan Israel bahwa jika perang terus berlanjut, tawanan mereka mungkin akan hilang selamanya. "Lakukan apa yang perlu dilakukan sebelum terlambat," tegas video tersebut.
Pernyataan ini muncul di tengah upaya yang dilakukan oleh para mediator utama, termasuk Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, untuk mencapai gencatan senjata yang memungkinkan pembebasan tawanan Israel. Harapan terhadap terobosan diplomatik semakin besar setelah terjadinya gencatan senjata sementara di Lebanon.
Di sisi lain, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan berduka atas kematian Omer Neutra, warga negara AS yang juga bertugas di militer Israel. Neutra tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, saat bertugas sebagai komandan tank. Presiden AS Donald Trump juga mengeluarkan peringatan keras melalui media sosial, mengancam akan ada “SEMUA NERAKA YANG HARUS DIBAYAR” jika tawanan tersebut tidak dibebaskan sebelum 20 Januari, saat ia dilantik.
Di Kairo, delegasi dari faksi Palestina Fatah dan Hamas bertemu untuk membahas pengelolaan Jalur Gaza setelah perang berakhir. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengonfirmasi bahwa kedua pihak sedang berunding untuk mencapai kesepahaman mengenai pengelolaan wilayah tersebut di bawah kendali penuh Otoritas Palestina (PA).
Meskipun Perdana Menteri Israel Netanyahu menentang kemungkinan Otoritas Palestina mengelola Gaza, Amerika Serikat mendukung pembentukan PA yang "direformasi" untuk mengelola wilayah tersebut.
Netanyahu sebelumnya menyuarakan penentangannya terhadap Otoritas Palestina (PA) untuk mengambil alih Gaza. Namun, AS mengatakan ingin PA yang "direformasi" untuk bertanggung jawab atas daerah kantong Palestina tersebut.
Saat pembicaraan berlanjut, pasukan Israel terus membombardir Gaza, menyerang Jabalia di utara dan Abasan al-Kabira di selatan.
Gaza Utara sangat terpukul setelah Israel mulai mengepungnya 60 hari lalu. Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan sedikitnya 3.700 orang telah tewas atau hilang sejak saat itu.
Serangan Israel di Gaza, yang oleh para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa digambarkan sebagai genosida, telah menewaskan sedikitnya 44.466 warga Palestina dan melukai 105.358 orang sejak 7 Oktober 2023.
Sedikitnya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu, dan lebih dari 200 orang ditawan. [Aljazeera]