Intelijen AS klaim Pemimpin ISIS Depresi Berat
Font: Ukuran: - +
Abu Bakar al-Baghdadi. (AFP)
DIALEKSIS, Baghdad - Terluka parah, depresi dan sakit membuat pemimpin kelompok radikal ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi benar-benar hancur total. "Ia kini sedang menjalani hari-hari terakhirnya," kata pejabat AS dan Irak pada seperti dilansir dari laman Al Araby, Senin (12/2).
Baghdadi terluka parah dalam serangan udara pada Mei tahun lalu, memaksanya untuk melepaskan kontrol kelompok teror tersebut karena luka-luka yang dideritanya, kata pejabat AS kepada CNN.
"Badan intelijen AS telah menilai dengan tingkat kepercayaan tinggi bahwa orang yang paling dicari di dunia itu berada di dekat Raqqa, Suriah pada bulan Mei ketika rudal tersebut menyerang," klaim laporan tersebut yang dikutip dari pejabat AS.
Penilaian ini nampaknya didasarkan pada laporan dari tahanan ISIS dan pengungsi di Suriah, walaupun tidak jelas siapa yang melakukan serangan udara tersebut.
Juni lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim jet-jet mereka telah menyerang pemimpin kelompok radikal paling terkenal dalam serangan udara 28 Mei.
Moskow mengatakan pesawat tempur Su-34 dan Su-35 telah menyerang sebuah pertemuan dewan militer ISIS di selatan Ibu Kota Raqqa di Suriah utara pada 28 Mei, pihak AS telah diberitahu sebelum adanya penyerbuan tersebut. Pada saat itu, analis menyuarakan ragu atas klaim Rusia.
Menurut CNN, luka yang diderita Baghdadi walau tidak mengancam jiwanya namun cukup serius. Mengakibatkan dirinya kehilangan kendali atas Mosul dan Raqqa.
Pasukan anti ISIS saat ini fokus pada sisa wilayah yang dikuasai ISIS di wilayah al-Jazeera dekat perbatasan Suriah-Irak, di mana intelijen AS dan Irak percaya bahwa Baghdadi mungkin bersembunyi di sana.
Mengutip seorang sumber dalam kelompok tersebut, Basri mengatakan kepada kantor berita Irak Al-Sabah bahwa Baghdadi masih hidup dan bersembunyi di wilayah Suriah dekat Deir az-Zour dengan bantuan rekan-rekannya.
Otoritas Irak baru-baru ini mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Baghdadi dan ekstremis senior lainnya, serta sisa-sisa rezim Partai Baath yang berkuasa sebelumnya, termasuk putri Saddam Hussein. (Merdeka)